Sabtu, 25 Juni 2011

Hubungan antara pemberian MP ASI dini dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah kerja Puskesmas Bojong I kabupaten Pekalongan tahun 20

BAB I
P E N DA H U L U A N

A. Latar Belakang
Prioritas pembangunan kesehatan diarahkan pada upaya penurunan angka kematian bayi dan ibu. Berdasarkan Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 rata-rata per tahun terdapat 401 bayi baru lahir di Indonesia meninggal dunia sebelum umurnya genap 1 tahun. Berdasarkan survei lainnya, yaitu Riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan tahun 2007, kematian bayi baru lahir (neonatus) merupakan penyumbang kematian terbesar pada tingginya angka kematian bayi (AKB). Setiap tahun sekitar 20 bayi per 1.000 kelahiran hidup meninggal dalam rentang waktu 0-12 hari setelah kelahirannya. Dalam rentang 2002-2007 (data terakhir), angka kematian neonatus tidak pernah mengalami penurunan (Bataviase 2009,h.1).
Sesuai dengan target pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), Depkes telah menentukan target penurunan AKB di Indonesia dari rata-rata 36 meninggal per 1.000 kelahiran hidup menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. AKB di indonesia termasuk salah satu yang paling tinggi di dunia. Hal itu tecermin dari perbandingan dengan jumlah AKB di negara tetangga seperti Malaysia yang telah mencapai 10 per 1.000 kelahiran hidup dan Singapura dengan 5 per 1.000 kelahiran hidup (Bataviase 2009,h.1).
1

Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Badriul Hegar mengatakan banyak faktor yang menyebabkan angka kematian bayi tinggi, antara lain faktor kesehatan, faktor lingkungan seperti keadaan geografis, dan faktor nutrisi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan hampir separuh kematian bayi umur 29 hari sampai 11 bulan juga disebabkan oleh penyakit yang bisa dicegah dengan intervensi lingkungan dan perilaku. Penyakit tersebut adalah diare dan pneumonia.(Bataviase 2009,h.1)
Menurut Nuraini Irma Susanti, diare dapat disebabkan karena kesalahan dalam pemberian makan, dimana bayi sudah diberi makan selain ASI sebelum berusia 6 bulan. Perilaku tersebut sangat beresiko bagi bayi untuk terkena diare karena berbagai alasan, antara lain pencernaan bayi belum mampu mencerna makanan selain ASI, bayi kehilangan kesempatan untuk mendapatkan zat kekebalan yang hanya dapat diperoleh dari ASI serta adanya kemungkinan makanan yang diberikan bayi sudah terkontaminasi oleh bakteri karena alat yang digunakan untuk memberikan makanan atau minuman kepada bayi tidak steril. Berbeda dengan makanan padat ataupun susu formula, ASI bagi bayi merupakan makanan yang paling sempurna. (General Java Online 2004 h.1).
Di Indonesia, Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 450/MENKES/SK/IV/2004 menetapkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif bagi bayi sejak lahir sampai dengan berumur enam bulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai anak berusia dua tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai. Pemberian makanan pada bayi dan anak usia 0-24 bulan yang optimal menurut Global Strategy on Infant and Young Child Feeding (WHO/Unicef, 2002) adalah: menyusui bayi segera setelah lahir; memberikan ASI eksklusif yaitu hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman lain sampai bayi berumur 6 bulan; memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat dan adekuat sejak usia 6 bulan; dan tetap meneruskan pemberian ASI sampai usia anak 24 bulan. Pada tahun 2005, 80% bayi di Indonesia tidak lagi menyusu sejak 24 jam pertama sejak mereka lahir, dimana seharusnya ibu memberikan ASI yang merupakan makanan utama yang sangat diperlukan bayi.
Berdasarkan hasil penelitian Unicef di Indonesia setelah krisis ekonomi, dilaporkan bahwa hanya 14% bayi yang disusui dalam 12 jam setelah kelahiran. Kolostrum dibuang oleh kebanyakan ibu karena dianggap kotor dan tidak baik bagi bayi. Unicef juga mencatat penurunan yang tajam dalam menyusui berdasarkan tingkat umur dari pengamatannya diketahui bahwa 63% disusui hanya pada bulan pertama, 45% bulan kedua, 30% bulan ketiga, 19% bulan keempat, 12% bulan kelima dan hanya 6% pada bulan keenam bahkan lebih dari 200.000 bayi atau 5% dari populasi bayi di Indonesia saat itu tidak disusui sama sekali (MM Novaria 2005, h.2).
Berdasarkan hasil penelitian oleh Utami Roesli tahun 2001 tentang alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif dan memberikan makanan pendamping ASI secara dini kepada bayinya yaitu karena merasa ASI tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya walaupun sebenarnya hanya sedikit sekali (2-5%) yang secara biologis memang kurang produksi ASInya. Alasan berikutnya yaitu karena ibu bekerja untuk mereka beranggapan bahwa ASI saja tidak cukup untuk kebutuhan hidup bayi, takut di tinggal suami, tidak di beri ASI tetap berhasil “jadi orang”, takut bayi akan tumbuh menjadi anak yang tumbuh manja (Utami Roesli 2001, h.47).
Hasil penelitian oleh Setiawan pada tahun 2005 menyebutkan 64 % bayi yang diberi ASI Eksklusif tidak mengalami diare. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare. Setiawan menyebutkan bahwa semakin lama bayi diberi ASI secara eksklusif semakin kecil kemungkinan bayi untuk terkena kejadian diare.( Setiawan 2005, h.1)
Data mengenai kejadian diare dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Pekalongan tahun 2011 dari 1 Januari sampai 28 Februari 2011 diketahui bahwa jumlah penderita diare pada bayi yaitu 709 jiwa yang tersebar di 26 Puskesmas. Sedangkan jumlah penderita diare pada bayi Wilayah kerja Puskesmas Bojong I yaitu 62 jiwa (8,74%), jumlah tersebut paling besar bila dibandingkan 26 Puskesmas lainnya.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pemberian MP ASI dini dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah kerja Puskesmas Bojong I kabupaten Pekalongan tahun 2011.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merumuskan masalah penelitian/ rumusan masalah penelitian yaitu: ”Apakah ada hubungan antara pemberian MP ASI dini dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah kerja Puskesmas Bojong I kabupaten Pekalongan tahun 2011?”

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu :
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara pemberian MP ASI dini dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah kerja Puskesmas Bojong I kabupaten Pekalongan pada tahun 2011.
2. Mengetahui Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi frekuensi pemberian MP ASI pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja puskesmas Bojong 1 kabupaten Pekalongan tahun 2011.
b. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja puskesmas Bojong 1 kabupaten Pekalongan tahun 2011.
c. Mengetahui hubungan antara pemberian MP ASI dini dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah kerja Puskesmas Bojong I kabupaten Pekalongan pada tahun 2011.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, peneliti dapat menambah pengetahuan tentang penelitian pemberian MP ASI dini dengan kejadian diare, serta meningkatnya keterampilan dan wawasan terhadap penelitian serta mengembangkan ilmu metode penelitian dan biostatistik.
2. Bagi Ilmu Pengetahuan
a. Dapat menjadi masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan tentang pemberian MP ASI dini dan kejadian diare.
b. Dapat dijadikan referensi di perpustakaan yang dapat digunakan oleh peneliti lain di bidang pemberian MP ASI dini dan kejadian diare.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai masukkan agar tenaga kesehatan khususnya bidan untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang hubungan pemberian MP ASI dini dengan kejadian diare dan meningkatkan dukungan dalam pemberian ASI eksklusif.
4. Bagi masyarakat
c. Agar masyarakat mengetahui hubungan pemberian Makanan Pendamping ASI dini dengan kejadian diare, sehingga masyarakat lebih memperhatikan pemberian makanan yang tepat untuk bayi dan masyarakat lebih mengembangkan penelitiannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar