Senin, 05 April 2010

Bab I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan adalah masa dimulai dari kontrasepsi sampai janin lahir, lama hamil normal yaitu 280 hari atau 9 bulan 7 hari yang dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan : (Mochtar, 1998 : 17)
a. Triwulan I antara 0-12 minggu.
b. Triwulan II antara 12-28 minggu.
c. Triwulan III antara 28-40 minggu.

Agar Kehamilan dapat terjadi,sistem produksi wanita dan pria harus dalam keadaan baik dan sehat.Pasutri harus berhubungan seks pada saat yang tepat dalam siklus menstruasi wanita dan tubuh wanita harus mampu memproduksi hormon-hormon secara optimal untuk kelangsungan kehamilan.

Pada saat lelaki mengalami ejakulasi ketika berhubungan seks dengan wanita ,jutaan sperma akan dilepaskan kedalam vagina wanita.Sperma – sperma tersebut akan bergerak naik menuju rahim melalui serviks.Pergerakan ini didorong oleh kekuatan ejakulasi dan gerakan ekor – ekor sperma.Dari rahim ,Sperma-sperma akan terus berjalan menuju saluran telur ( tuba fallopii ). Dari jutaan sperma yang dikeluarkan pada saat ejakulasi hanya beberapa ratus yang bertahan hidup dalam perjalanan sepanjang saluran reproduksi ,dan hanya satru sel sperma yang membuahi sel telur.
Beberapa hari setelah pembuahan (Fertilisaso),sel telur yang dibuahi (embrio)akan berjalan menuju rahim dan menempel didinding rahim ( implantasi ).Sel-sel yang mengintari embrio akan mengeluarkan hormon kehamilan yang disebut dengan human Chorionic Gonadotrophin (HCG).Hormon tersebut kemudiana beredar di sirkulasi darah dan akan dikeluarakan dalam air seni yang kemudian dapan dilihat melalui tes kehamilan.
B . Pembatasan Masalah
Dalam penulisan makalah ini penyusun hanya membatasi topik pada :
a. Pengertian kehamilan
b. Etiologi Kehamilan
c. Tanda-Tanda Kehamilan
d. Perkembangan Proses Kehamilan Pada Trimester I
e. Tanda-tanda bahaya
f. Komplikasi Pada Kehmailan Trimester I
g. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Trimester I

C . Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui Pengertian kehamilan
b. Untuk mengetahui Etiologi Kehamilan
c. Untuk mengetahui Tanda-Tanda Kehamilan
d. Untuk mengetahui Perkembangan Proses Kehamilan Pada Trimester I
e. Untuk mengetahui Tanda-tanda bahaya
f. Untuk mengetahui Komplikasi Pada Kehmailan Trimester I
g. Untuk mengetahui bagaimana memberi Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Trimester I


D . Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Studi Pustaka
2. Diskusi kelompok
3. Browsing internet






Bab II
KONSEP DASAR

A. Pengertian kehamilan
Menurut Sarwono, 1999
Kehamilan adalah masa dimulai dari kontrasepsi sampai janin lahir, lama hamil normal yaitu 280 hari atau 9 bulan 7 hari yang dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan : (Mochtar, 1998 : 17)
a. Triwulan I antara 0-12 minggu.
b. Triwulan II antara 12-28 minggu.
c. Triwulan III antara 28-40 minggu.
Jadi kehamilan trimester I adalah masa kehamilan dimulai dari proses konsepsi sampai usia kehamilan tiga bulan.

B. Etiologi Kehamilan
Suatu kehamilan akan terjadi bila terdapat 5 aspek berikut, yaitu :
a. Ovum
Ovum adalah suatu sel dengan diameter + 0,1 mm yang terdiri dari suatu nukleus yang terapung-apung dalam vitelus dilingkari oleh zona pellusida oleh kromosom radiata.
b. Spermatozoa
Berbentuk seperti kecebong, terdiri dari kepala berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti, leher yang menghubungkan kepala dengan bagian tengah dan ekor yang dapat bergerak sehingga sperma dapat bergerak cepat.
c. Konsepsi
Konsepsi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma dan ovum di tuba fallopii.
d. Nidasi
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium.
e. Plasentasi
Plasentasi adalah alat yang sangat penting bagi janin yang berguna untuk pertukarann zat antara ibu dan anaknya dan sebaliknya.


C. Tanda-Tanda Kehamilan
a. Tanda-tanda Tidak Pasti
1. Amenorea
HPHT penting diketahui, supaya dapat menentukan usia kehamilan dan kapan perkiraan persalinan.
2. Nausea (enek) dan emesis (muntah)
Umumnya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, sering terjadi pada pagi hari.
3. Sering buang air kecil
TMS I : karena kandung kencing tertekan uterus yang mulai membesar.
TMS II dan III : karena janin mulai masuk ke ruang panggul dan menekan kembali kandung kencing.
4. Pimentasi kulit
Terjadi karena pengaruh dari hormon kortikosteroid plasenta yang merangsang melanosfor dan kulit.
5. Anoreksia (tidak nafsu makan)
Terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, tapi setelah itu nafsu makan akan timbul lagi.
6. Payudara menjadi tegang dan membesar
Disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktuli dan alveoli di mammae glandula montgomerry tampak lebih jelas.
7. Obstipasi
Terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormon steroid.
8. Epulis
Suatu hipertrofi papilla ginggivae sering terjadi pada TMS I.
9.Varises
Biasanya dijumpai pada daerah genetalia eksterna, fossa poplilea, kaki dan betis.
10. Mengidam

b. Tanda-tanda Mungkin
1. Tanda hegar
Uterus segmen bawah lebih lunak dari pada bagian yang lain.
2. Tanda piskasek
Uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran perut.
3. Tanda chadwick
Perubahan warna pada servix dan vagina menjadi kebiru-biruan.
4. Tanda braxton-hicks
Uterus mudah berkontraksi jika dirangsang.
5. Suhu basal
Sesudah ovulasi tetap tinggi terus antara 37,2oC s/d 37,8oC.

c. Tanda-tanda Pasti
1. Terdengar DJJ (Mulai Uk 18-20 minggu).
2. Teraba bagian-bagian anak saat dipalpasi.
3. Terasa pergerakan anak (mulai terasa pada Uk 18-20 minggu).
4. Pemeriksaan USG.


D. Perkembangan Proses Kehamilan Pada Trimester I
Berikut adalah gambaran tentang proses perkembangan kehamilan yang sekaligus juga merupakan pertumbuhan bayi anda setiap minggunya. .
Kehamilan Minggu Pertama
Ini adalah minggu yang sangat awal, jika anda merencanakan kehamilan, anda harus mulai dengan berpikir bahwa anda sudah hamil. Ini berarti makan makanan yang sehat, minum vitamin untuk kehamilan yang mengandung asam folat dan berhenti dari minum obat-obatan, merokok, alkohol dan makanan lain yang tidak sehat.
Kehamilan Minggu ke-2
Pada minggu ini, kehamilan dimulai dari satu minggu setelah HPHT (hari pertama haid terakhir. Jadi periode menstruasi anda baru saja selesai sekarang dan hormon-hormon estrogen dan progesteron menyebabkan uterus anda membuat lapisan pada endometrium (lapisan uterus anda) untuk siap-siap menerima calon bayi. Lapisan ini menebal dan terisi oleh darah, siap untuk menerima kehadiran janin, menjadi tempat yang nyaman dan saluran makanan untuk janin. Pada saat yang sama salah satu indung telur berkembang dan mematangkan sel telur untuk persiapan ovulasi (pembuahan).
Kurang lebih 14 hari sebelum masa haid anda berikutnya dimulai, terjadi pembuahan. Indung telur melepaskan telur yang siap dibuahi yang selanjutnya turun ke saluran tuba fallopi menunggu pasangannya.
Kehamilan Minggu ke-3
Awal minggu ketiga inilah terjadi peristiwa yang sangat penting.. Anda tahu kapan anda mengalami ovulasi? Ada yang tahu tapi banyak yang tidak tahu. Ada baiknya kita mencatat masa-masa/perkembangan kehamilan kita karena pentingnya setiap tahapan yang kita lewati.
Kehamilan terjadi ketika sperma membuahi sel telur yang matang di dalam tuba falopi (saluran yang menghubungkan ovarium dengan uterus). Materi genetik yang ada pada sperma dan sel telur menjadi blastocyst yang kemudian masuk ke dalam tuba falopi lalu ke uterus. Setelah kira-kira 5 hari, blastocyst melekatkan diri ke lapisan uterus yang lembut.
Kehamilan Minggu ke-4
Dalam minggu ini, sekelompok sel yang baru tertanam tumbuh dengan sangat pesat, berkembang dan mengelompok. Kelompok sel terbagi menjadi dua bagian, satu menjadi plasenta dan satunya lagi menjadi janin. Sel yang berlapis juga terbentuk yang berkembang menjadi bagian spesifik dari bagian tubuh bayi anda nantinya. Ketiga lapisan tersebut adalah ectoderm, endoderm dan mesoderm. Kantung amniotic dan saluran amniotic mulai terbentuk dan kantung kuning telur juga sudah nampak. Kantung kuning
telur selanjutnya akan berkembang menjadi saluran pencernaan bayi anda. Akan terjadi banyak perubahan pada janin anda. Pada akhir minggu ini, anda mungkin mendapat hasil positif jika menggunakan testpack. Ada banyak jenis test yang bisa menunjukkan hasil positif bahkan 10 hari setelah konsepsi tetapi anda mungkin mau menunggu beberapa hari lagi untuk hasil yang lebih akurat.
Anda harus menghindari segala macam obat-obatan (walaupun dijual bebas dan herbal/terbuat dari bahan alami sekalipun) kecuali jika dianjurkan oleh dokter kandungan anda. Banyak obat-obatan dan suplemen atau makanan yang aman dikonsumsi pada saat anda tidak hamil, dapat berakibat buruk bagi bayi anda sekarang. Beberapa obat flu, sinus dan obat penghilang rasa sakit yang dapat menimbulkan masalah bagi anda dan bayi anda yang sedang tumbuh.
Kehamilan Minggu ke-5
Pada minggu ini anda terlambat datang bulan dan mungkin anda sudah mulai menduga bahwa anda hamil. Jika anda tetap tidak menstruasi sampai beberapa hari setelah test pertama, silahkan lakukan test ulang karena level HCG (Human Chorionic Gonadotropin) meningkat seiring dengan perkembangan kehamilan anda sehingga lebih mudah terdeteksi oleh testpack.
Anda mungkin merasakan kurang nyaman dengan perut anda dan mulai muntah karena serangan ‘morning sickness’. Biasanya ini terjadi pada pagi hari (kadang subuh), tapi ada juga yang mengalaminya sepanjang hari bahkan sampai malam.
Ada satu sisi positif yaitu ada hasil studi baru yang menunjukkan bahwa morning sickness menandakan kehamilan yang sehat. Tetapi jangan khawatir jika anda tidak mengalaminya karena anda termasuk orang yang berutung dari sebagian kecil wanita hamil yang tidak perlu menderita karena gejala kehamilan ini.
Kehamilan Minggu ke-6
Jantung bayi anda mulai berdetak. Satu momen yang paling membahagiakan bagi setiap orang tua. Saat ini bayi sudah berbentuk embrio dengan panjang kurang lebih 1/17 inci. Tingkat pertumbuhan selama minggu ke-6 ini cukup cepat. Tali pusar juga berkembang. Tubuh mungil bayi terbentuk dengan cepat. Mata dan telinga mulai tumbuh. Jantung janin mulai memompa darah ke tubuh mungil ini dan ke sebagian besar organ-organ lain “dalam pembentukan”. Tonjolan kecil terbentuk yang nantinya akan menjadi tangan dan kaki. Rasa mual atau morning sickness biasanya anda alami pada minggu ini. Anda mulai anti dengan beberapa makanan, tapi sekali lagi ini tidak dialami oleh semua wanita hamil karena gejalanya beragam. Jika anda perokok, berhentilah dan jauhi juga minuman beralkohol. Jika anda sedang menjalani satu pengobatan segera konsultasikan dengan dokter anda. Biasanya ini adalah janji pertama anda menemui dokter kandungan, karena sebagian besar dokter kandungan tidak meminta anda kembali untuk check up sebelum minggu ke-6.
Kehamilan Minggu ke-7
Janin bertambah berat dengan pesat. Saat ini ukurannya kurang lebih 1/3 inchi. Otak berkembang, demikian juga mata, nostril, usus, pankreas dan tenggorokan. Tonjolan kecil yang terbentuk pada minggu ke-6 sudah lebih menyerupai tangan dan kaki.
Pada minggu ke-7 ini biasanya adalah minggu terakhir dimana gejala kehamilan terlihat. Biasanya kehamilan anda belum terlihat (kecuali anda menunjukkan kegembiraan anda sebagai calon ibu). Pada tahap ini penurunan berat badan masih normal (karena anda masih sering mual dan muntah). Tunggu aja beberapa minggu berikutnya, berat anda pasti naik dengan pesat. Jika anda masih merasa mual dan muntah, yakinkan anda makan dan minum sesering mungkin karena perut yang kosong akan menambah masalah.
Kehamilan Minggu ke-8
Detak jantung bayi sudah dapat didengar dengan ultrasound. Jari tangan dan kaki mulai berkembang. Wajah mulai terbentuk. Usus mulai membentuk tali pusar. Saat ini ukuran uterus anda kurang lebih sebesar jeruk. Berat badan mungkin bertambah. Jika ini kehamilan kedua, mungkin kehamilan anda sudah terlihat. Otot-otot dan persendian anda tidak sekuat sebelumnya
(mulai mengendur). Mungkin akan ada sedikit masalah denagn kulit anda pada minggu ini tapi jangan khawatir karena ini akan segera normal kembali pada trimester ke-2
Kehamilan Minggu ke-9
Pada minggu ini tulang mulai berkembang. Mata semakin sempurna dan lidah mulai terbentuk. Usus mulai bergeser dari tali pusar menuju daerah perut seiring berkembangnya tubuh bayi. Jari-jari kecil mulai tampak tapi sangat pendek.
Apakah anda sadar anda sudah dua bulan tidak menstruasi? Dada anda akan sedikit lebih ‘penuh’ dan sesitif. Berat badan bertambah terutama di daerah pinggang. Apa anda merasakan mulas atau konstipasi? ini biasa terjadi pada masa kehamilan. Yakinkan anda mengkonsumsi cukup cairan. Dehidrasi cukup sering terjadi karena banyak wanita hamil yang meremehkan meningkatnya kebutuhan tubuh akan cairan.

E. Tanda-tanda bahaya
Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah gejala yang menunjukkan bahwa ibu dan bayi dalam keadaan bahaya.( Uswhaya,2009:3)
Menurut Kusmiyati dkk, 2008, kehamilan merupakan hal yang fisiologis. Namun kehamilan yang normal dapat berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menapis adanya risiko ini yaitu melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi/ penyakit yang mungkin terjadi selama hamil muda.
1) Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 22 minggu. Pada masa kehamilan muda, perdarahan pervaginam yang berhubungan dengan kehamilan dapat berupa: abortus, kehamilan mola, kehamilan ektopik.
Macam–macam perdarahan pervaginam :
Abortus
Abortus adalah penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan 16 minggu atau sebelum plasenta selesai.
Macam–macam abortus
• Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa interval luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Penanganannya: lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi pasien (gawat darurat, komplikasi berat, atau masih cukup stabil), segera upayakan stabilisasi pasien sebelum melakukan tindakan lanjutan (evaluasi medik atau merujuk), temukan dan hentikan dengan segera sumber perdarahan, lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan dan perkembangan lanjutan. (Sarwono, 2001: 145)
• Abortus provokatus (induced abortion) adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat–obatan mau pun alat–alat.
• Abortus medisinalis adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis) biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
• Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan–tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
• Abortus inkompletus (keguguran bersisa) adalah hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta. Penanganannya: bila ada tanda–tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan tranfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu beri obat–obat uterotonika dan antibiotika.
• Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung) adalah: abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi. Penanganannya: bila ada tanda–tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan tranfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu beri obat–obat uterotonika dan antibiotika.
• Abortus imminens (keguguran membakat) adalah keguguran membakat dan akan terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat–obat hormonal dan anti spasmodika serta istirahat. Penanganan: tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total, jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual, jika: perdarahan berhenti lakukan asuhan antenatal seperti biasa. Lakukan penilaian jika perdarahan terjadi lagi.Perdarahan terus berlangsung nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG) lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain.
• Missed abortion adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Penanganan: berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan kuretase. Hendaknya juga diberikan uterotonika dan antibiotika.(Mohctar, 1998 : 211–212)
Mola Hidatidosa
Pada trimester I gambaran mola hidatidosa tidak spesifik, sehingga sering kali sulit dibedakan dari kehamilan anembrionik, missed abortion, abortus inkompletus, atau mioma uteri.(Sarwono, 2007 : 142)
Penanganan umum: jika diagnosis kehamilan mola telah ditegakkan, lakukan evaluasi uterus, segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 unit oksitosin dalam 500 ml cairan IV (NaCl atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara cepat).(Saifudin,2002:17)

2. Mual Muntah Berlebihan
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasa terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala–gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
Mual dan muntah terjadi pada 60-80 % primigravida dan 40-60 % multigravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala–gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah disebut hiperemisis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringanya penyakit.(Sarwono, 2005: 275)

F. Komplikasi
Jika muntah terus menerus bisa terjadi kerusakan hati. Komplikasi lainya adalah perdarahan pada retina yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan darah ketika penderita muntah. (Rochjati, 2003:2)
1. Sakit Kepala Yang Hebat
Sakit kepala yang bisa terjadi selama kehamilan, dan sering kali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah serius dalam kehamilan adalah sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Terkadang sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatanya menjadi kabur atau terbayang. Hal ini merupakan gejala dari pre-eklamsia dan jika tidak diatasi dapat menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati dan kematian. (Uswhaaya, 2009: 4-5)
Komplikasi
Nyeri kepala pada masa hamil dapat merupakan gejala pre-eklampsia, suatu penyakit yang terjadi hanya pada wanita hamil, dan jika tidak diatasi dapat menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati dan kematian.(Irma, 2002:4)

2. Penglihatan Kabur
Penglihatan menjadi kabur atau berbayang dapat disebabkan oleh sakit kepala yang hebat, sehingga terjadi oedema pada otak dan meningkatkan resistensi otak yang mempengaruhi sistem saraf pusat, yang dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejang), dan gangguan penglihatan.
Perubahan penglihatan atau pandangan kabur, dapat menjadi tanda pre-eklampsia. Masalah visual yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak, misalnya penglihatan kabur atau berbayang, melihat bintik-bintik (spot), berkunang-kunang.
Selain itu adanya skotama, diplopia dan ambiliopia merupakan tanda-tanda yang menujukkan adanya pre-eklampsia berat yang mengarah pada eklampsia. Hal ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks cerebri atau didalam retina (oedema retina dan spasme pembuluh darah). (Uswhaaja, 2009: 5)
Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan antala lain kejang dan eklamsia

3. Bengkak Pada Wajah, Kaki dan Tangan
Oedema ialah penimbunan cairan yang berlebih dalam jaringan tubuh, dan dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Oedema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosis pre-eklampsia. Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya hilang setelah beristirahat atau meninggikan kaki. Oedema yang mengkhawatirkan ialah oedema yang muncul mendadak dan cenderung meluas. Oedema biasa menjadi menunjukkan adanya masalah serius dengan tanda-tanda antara lain: jika muncul pada muka dan tangan, bengkak tidak hilang setelah beristirahat, bengkak disertai dengan keluhan fisik lainnya, seperti: sakit kepala yang hebat, pandangan mata kabur dll. Hal ini dapat merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau pre-eklampsia.
(Uswhaaja, 2009: 5-6)
Komplikasi
Kondisi ibu disebabkan oleh kehamilan disebut dengan keracunan kehamilan dengan tanda–tanda oedema (pembengkakan) terutama tampak pada tungkai dan muka, tekanan darah tinggi dan dalam air seni terdapat zat putih telur pada pemeriksaan urin dan laboratorium. (Rochjati, 2003:2)

3. Gerakan Janin Berkurang
Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan 22 minggu atau selama persalinan.
Komplikasi
Komplikasi yang timbul adalah IUFD dan featal distress

4. Nyeri Perut Yang Hebat
Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang. Hal ini mungkin gejala utama pada kehamilan ektopik atau abortus. (Saifuddin, 2002: 98)
Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada nyeri perut yang hebat antara lain: kehamilan ektopik; pre-eklampsia; persalinan prematur; solusio plasenta; abortus; ruptur uteri imminens (Irma,2008:7)

5. Kejang
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya keadaan dan terjadinya gejala–gejala sakit kepala, mual, nyeri ulu hati sehingga muntah. Bila semakin berat, penglihatan semakin kabur, kesadaran menurun kemudian kejang. Kejang dalam kehamilan dapat merupakan gejala dari eklamsia
Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul antara lain: syok, eklamsia, hipertensi, proteinuria (Saifuddin, 2002:34)

6. Demam Tinggi
Ibu hamil menderita deman dengan suhu tubuh lebih 38° C dalam kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan.
Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan akibat mengalami demam tinggi antara lain: sistitis (infeksi kandung kencing), pielonefritis Akut (infeksi saluran kemih atas). (Saifuddin, 2002:86)

7. Selaput Kelopak Mata Pucat
Anemia adalah masalah medis yang umum terjadi pada banyak wanita hamil. Jumlah sel darah merah dalam keadaan rendah, kuantitas dari sel–sel ini tidak memadai untuk memberikan oksigen yang dibutuhkan oleh bayi.
Anemia sering terjadi pada kehamilan karena volume darah meningkat kira–kira 50% selama kehamilan. Darah terbuat dari cairan dan sel. Cairan tersebut biasanya meningkat lebih cepat daripada sel- selnya. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan hematokrit (volume, jumlah atau persen sel darah merah dalam darah). Penurunan ini dapat mengakibatkan anemia.
Komplikasi
Komplikasi anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh langsung terhadap janin sedangkan komplikasi pada kehamilan trimester I yaitu anemia dapat menyebabkan terjadinya missed abortion, kelainan kongenital, abortus/ keguguran. (Ayurai, 2009: 4).



























Bab III
PEMBAHASAN

I. KASUS
Ibu Wati umur 30 tahun dating ke tempat anda bekerja di poliklinik maternitas. Ibu Wati mengeluh terlambat dating menstruasi. Kepala pusing, mual – muntah sudah dua bulan yang lalu. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data HPHT 20 januari 2010, TD 90/60 mmHg, muka pucat. Kemudian anda melakukan tes urin untuk memastukan kehamilan. Hasil HCG positif hamil.

II. ASUHAN KEPERWATAN
A. Pengkajian
Data Subjektif :
1) Terlambat datang menstruasi.
2) Kepala pusing,
3) Mual – muntah sudah dua bulan yang lalu
Data Objektif :
1) HPHT 20 januari 2010,
2) TD 90/60 mmHg,
3) Muka pucat.
4) Hasil tes HCG positif hamil.

B. Diagnosa Keperwatan
1. Ds : Mual – muntah sudah dua bulan yang lalu
Do : TD 90/60 mmHg,
Muka pucat.
P : Anoreksia
E : Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Dx : Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Anoreksia

2. Ds : Kepala pusing
Do : TD 90/60 mmHg,
Muka pucat.
P : Perubahan fisik dan pengaruh hormonal
E : Ketidaknyamanan
Dx : Ketidaknyamanan b.d perubahan fisik dan pengaruh hormonal


C. Intervensi
Dx Intervensi rasional
Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh • Tentukan keadekuatan kebiasaan asupan nutrisi dulu / sekarang. Perhatikan kondisi rambut dan kulit
• Dapatkan riwayat kesehatan. ( catat usia khususnya kurang dari 17 th -, lebih 32 th )

• Pastikan tingkat pengetahuan tentang kebuthan diet.
• Berikan informasi tertulis / verbal yang tepat tentang diet prenatal dan suplemen vitamin.
• Evaluasi/ motivasi sikap dengan mendegar dan meminta umpan balik tentang informasi yang telah diberikan

• Tanyakan keyakinan berkenaan dengan diet sesuai budaya dan hal –ahal yang tabu selama kehamilan
• Perhatikan adanya pika / mengidam




• Timbang berat badan klien

• Tinaju ulang frekuensi dan beratnya mal muntah.

• Pantau kadar Hb / Ht



• Tes urine terhadap aseton, albumin, dan glukosa.
• Ukur pembesaran uterus • Kesejahteraan janian / ibu tergantung pada nutrisi ibu selama kehamilan .

• Remaja cenderung mal nutrisi / anemia dan klien lansia cenderung obesitas/ DM
• Menentukan kebtuhan belajar khusus.
• Meningkatkan kemingkinan klien memilih diet seimbang

• Bila klien tidak termotivas untuk memperbaikai diet, evaluasi lanjut atau intervensi lain yang mungkin dapat di indikasikan.
• Dapat menunjukkan motivasi untuk mengkiti anjuran pemberi yankes.

• Memakan buah bukan makanan pada kehamilan mungkin di dasarkan pada kebutuhan, psikologis, budaya, respon thd lapar, dll
• Untuk memantau +/- berat badan ibu hamil.
• Mual muntah dapat berdampak negatis pada status pranatal
• Mengidentifikasi adanya anemia dan potensial penurunan kapasitas pembawa oksigen ibu.
• Untuk menetapkan data dasar
• Malnutrisi ibu berefek negatif pada pertumbuhan janin.
Ketidaknyamanan b.d perubahan fisik dan pengaruh hormonal. • Catat adanya ketidaknyamanan selama pemerksaan internal.


• Anjurkan penggunakan bra penyokong.

• Tekankan pentingnya menghindari manipulsi putting berlebihan

• Intruksikan penggunaan tekhnik Hoffman untuk putting yang msuk, datar atau anjutkan penggunaan tutup plastic yang keras.

• Kaji adanya hemoroid ( perhatikan keluhan-keluhan galat, bengkak, perdarahan )

• Untuk mengatasi kram kaki anjurkan untuk posisi dorso fleksi telapak kaki dengan kaki di ekstensikan serta mengurangi makan keju dan susu.
• Mual muntah : anjurkan meningkatkan asupan karbohidrat saat bangun tidur, makan sedikit tapi sering dan menghindari bau – bau menyengat.
• Hidung tersumbat : anjurkan menggunakan udara yang dilembabkan dan menghindari semprot nasal dan oba yang menghilangkan hidung mampet.
• Tinjau ulang perubahan yang mempengaruhi frekuensi berkemih. • Memberikan informasi untuk memilih inervensi ; pentunjuk terhadap respon neyri klien pada ketidaknyamana dan nyeri.
• Memberikan sokongan yang sesuai untuk jaringan payudara yang membesar.
• Stimulasi putting yang berlebihan dapat memperbesar persalinan pratern.
• Tekhnik hofman dan penggunaan tutup plastik membantu melepaskan perlekatan dan menyebabkan puting yang masuk menjadi lebih tegak
• Penurunan mortalitas gastrointestinal memberi kecenderungan terjadinya hemoroid.
• Meningkatkan suplai darah ke kaki




• Menurukan kemungkinan gangguan gastrik yang dapat disebabkan oleh karena asam hidroklorid pada lambung

• Peningkatan kadar estrogen membuar hidung tersumbat.



• Frekuensi berkemih disebabkan oleh tekanan uterus yang membesar terhadap kandung kemih.

D. Evaluasi
No Dx Evaluasi
1 Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh • Klien dapat menjelaskan komponen diet seimbang pranatal
• Klien mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin, mineral, protein dan zat besi
• Klien mengikuti diet yang dianjurkan
• Menunjukkan penambahan berat badan yang sesuai ( minimal 1,5 kg pada akhir trimester I )
2 Ketidaknyamanan b.d perubahan fisik dan pengaruh hormonal. • Klien menerima tanggungjawab untuk menghilangkan ketidaknyamanan
• Klien Melaporkan berhasil / tidaknya penatalaksanaan ketidaknyamanan











Bab IV
PENUTUP

Kesimpulan
Kehamilan adalah masa dimulai dari kontrasepsi sampai janin lahir, lama hamil normal yaitu 280 hari atau 9 bulan 7 hari yang dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan : (Mochtar, 1998 : 17)
a. Triwulan I antara 0-12 minggu.
b. Triwulan II antara 12-28 minggu.
c. Triwulan III antara 28-40 minggu.





















DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilin E. 2001. Rencana Perawatan Maternal Bayi Edisi 2. Jakarta : EGC
Petter, Rubbin. 1999. Peresapan untuk Ibu Hamil. Jakarta : Hipokrates
Tiran, Desine. 1008. Mual dan Muntah Kehamilan. Jakarta : EGC
Prawiroharjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Bab I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Diabetes mungkin merupakan penmyakit yang paing sering mempengaruhi hasil kehamilan. Dua hingga tiga per seribu wanita usia subur diketahui menderita dibetes sebeum terjadi konsepsi, dan banyak kehamilan pada wanita normal lainya mungkin komplikasi oleh diabetes kehamilan ( gestasional ).
Kehamilan adalah suatu keadaan risiko tinggi baik bagi wanita yang menderita diabetes maupaun janinnya, dan kepentingan pengendalian metbolik pada wanita hamil yang menderita diabetes sekarang ini tidak diragukan lagi. Komplikasi seperti makrosomia, hipoglikema neonatus, keguguran, kemaitan intrauterine dan hidramnion, serta peningkatan kematian ( mortalitas ) perinatal dan kesakitan ( mobiditas 0 nonatsu, sebagian besar dapat dicegah dengan upaya intensif utnuk mencapai normoglikemia secara ketat.pada para wanita hamil dengan Dm, komplikasi kehamilan yang biasa seperti infeksi, hidramnion, pre –eklamspsia, dan isufsiensi plasenta mungkin juga lebih sering terjadi dan beberapa komplikasi diabetes yang spesifik, khususnya retinpati, bias timbul atau berkembang dengan cepat selama kehamilan.
Selanjutnya angk malformasi bawaan yang berat sekurang – kurangya 2 – 3 kali lebih tinggi darpada pada bayi yang lahir dai ibu yang tidak menderita DM dan ini nberkaitan angsung dengan pengendalian metabolic sebelum konsepsi.

B . Pembatasan Masalah
Dalam penulisan makalah ini penyusun hanya membatasi topik pada :
a. Pengertian
b. Etiologi Diabetes Mellitus
c. Klasifikasi Diabetes Melitus
d. Epidemitologi
e. Pengaruh Diabetes Melitus Terhadap Kehamilan
f. Resiko Diabetes dan Kehamilan
g. Perubahan Metbolik Pada Kehamilan Normal dan Diabetik
h. Bimbingan Prakonsepsi
i. Pencegahan


C . Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui Pengertian
b. Untuk mengetahui Etiologi Diabetes Mellitus
c. Untuk mengetahui Klasifikasi Diabetes Melitus
d. Untuk mengetahui Epidemitologi
e. Untuk mengetahui Pengaruh Diabetes Melitus Terhadap Kehamilan
f. Untuk mengetahui Resiko Diabetes dan Kehamilan
g. Untuk mengetahui Perubahan Metbolik Pada Kehamilan Normal dan Diabetik
h. Untuk mengetahui Bimbingan Prakonsepsi
i. Untuk mengetahui Pencegahan

D . Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Studi Pustaka
2. Diskusi kelompok
3. Browsing internet








Bab II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Diabetes adalah penyakit kronik yang komplek yang dikarakterisasikan dengan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak, hiperglikemi dan perkembangan dari mikrovaskuler ( kental kapiler), arterisklerosis, makrivaskuler komplikasi dan neuropatik ( gangguan struktus dan fungsi ginjal).

B. Etiologi Diabetes Mellitus
Penyakit gula dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi atau absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi. Berkurangnya glikogenesis. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya diabetes akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan.
Faktor Predisposisi :
• Umur sudah mulai tua
• Multiparitas
• Penderita gemuk
• Kelainan anak lebih besar dari 4000 g
• Bersifat keturunan
• Pada pemeriksaan terdapat gula dalam urine
• Riwayat kehamilan : Sering meninggal dalam rahim, Sering mengalami lahir mati, Sering mengalami keguguran
• Glokusuria

Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi).
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.

C. Klasifikasi Diabetes Melitus
• Type I ( IDDM ) : DM yang berganyung pada insulin
• Type II ( NIDDM ) : Orang tidak bergantung pada insulin, tetapi dapat diobati dengan insulin, muncul > 50 tahun.
• Diabetes Laten : Subklinis atau diabetes hamil, uji toleransi gula tidak normal. Pengobatan tidak memerlukan insulin cukup dengan diit saja.

D. Epidemitologi
Gangguan Dm terjadi 2 % dari semua wanita hamil, kejadian meningkat sejalan dengan umur kehamilan, tetapi tidak merupakan kecenderungan orang dengan gangguan toleransi glokusa , 25% kemungkinan akan berkembang menjadi DM.

E. Pengaruh Diabetes Melitus Terhadap Kehamilan
1. Pengaruh kehamilan, persalinan dan nifas terhadap DM
a. Kehamilan dapat menyebabkan status pre diabetik menjadi manifes ( diabetik )
b. DM akan menjadi lebih berat karena kehamilan

2. Pengaruh penyakit gula terhadap kehamilan di antaranya adalah :
a. Abortus dan partus prematurus
b. Hidronion
c. Pre-eklamasi
d. Kesalahan letak jantung
e. Insufisiensi plasenta

3. Pengaruh penyakit terhadap persalinan
a. Gangguan kontraksi otot rahim partus lama / terlantar.
b. Janin besar sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
c. Gangguan pembuluh darah plasenta sehingga terjadi asfiksia sampai dengan lahir mati
d. Perdarahan post partum karena gangguan kontraksi otot rahim.
e. Post partum mudah terjadi infeksi.
f. Bayi mengalami hypoglicemi post partum sehingga dapat menimbulkan kematian

4. Pengaruh DM terhadap kala nifas
a. Mudah terjadi infeksi post partum
b. Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah menyebar

5. Pengaruh DM terhadap bayi
a. Abortus, prematur, > usia kandungan 36 minggu
b. Janin besar ( makrosomia )
c. Dapat terjadi cacat bawaan, potensial penyakit saraf dan jiwa

F. Resiko Diabetes dan Kehamilan
a. Risikonya pada Ibu
Untuk calon ibu, risiko yang mungkin terjadi akibat diabetes adalah:
• Pre-eklampsia.
• Persalinan premature
• Cairan ketuban berlebihan (hidramnion).
• Infeksi saluran kemih.
• Infeksi vagina berupa keputihan karena jamur yang berulang.

b. Risiko pada Janin.
• Apapun yang terjadi pada calon ibu, janin pasti turut merasakan akibatnya. Hati-hati, sebab diabetes bisa membuat janin di perut Anda mengalami:
• Pertumbuhannya terhambat.
• Lahir besar atau giant baby (makrosomia) sehingga harus dilahirkan secara caesar. Ini akibat janin menerima pasokan gula berlebih dari ibu, diubah menjadi protein dan lemak, sehingga membuatnya besar.
• Cacat bawaan, peluangnya 3 kali lebih besar dari kehamilan normal.
• Meningkatnya kadar bilirubin.
• Sindroma gangguan napas. Kelebihan insulin menghambat kerja hormon kortisol yang berfungsi mematangkan paru-paru janin. Akibatnya, paru-paru janin belum matang di usia 38 minggu. Risikonya, terjadinya sindroma gawat napas. Cegah dengan melakukan pemeriksaan air ketuban untuk memantau kematangan paru-paru janin.
• Kekurangan glukosa dan kalsium.
• Kelainan jantung.
• Kelainan neurologik dan psikologik pada bayi di kemudian hari.
• Kematian mendadak di kandungan (sudden death), akibat darahnya kekurangan oksigen dan kelebihan asam laktat. Ini risiko jika kadar gula darah ibu tidak terkontrol.

c. Pantau Ekstra Janin.
• Pemeriksaan USG (ultrasonografi) pada usia kehamilan 16 dan 20 minggu.
• Pemeriksaan serial setiap 2 minggu sejak kehamilan 34 minggu.
• Pemeriksaan serial setiap minggu setelah kehamilan 36 minggu, berupa rekaman jantung janin (kardiotokografi), pemeriksaan janin dan fungsi plasenta (profil biofisik) dengan USG Doppler.
• Mulai kehamilan 38 minggu dilakukan pemeriksaan cairan ketuban (amniosintesis) untuk menilai kematangan paru-paru janin.

G. Perubahan Metbolik Pada Kehamilan Normal dan Diabetik
Yang penting untuk menejeemn DM pada kehamilan adalah pemahama perubahan metabolic yang terjadi pada ibu normal. Konsentrasi glukosa plasma tetap konstan, meskpun sedikti lebih rendah daripada kehailna yang tidak normal. Meskipun peningkatan resistensi insulin disebabkab karena perubahan lingkiungkan hormonal, termasuk meningginya estrogen , progesterone dan laktgen plasenta mausia. Tingginya sekresi insulin dapat mengkompensasi perubahan ini, tetapi kalau cadangan sel pulau langerhans fungsional tidak dapat mengamai penngkatan kebutuhan insulin ini, diabetes kehamilan ini akan timbul. Karena separuh pasien DMN kehamilan mengalami diabetes yang tidak menggantung insulin kemudian hari, tamapaknya ada kemungkinan mereka sudah mempunyai cacat sel B intrinsic.
Mula mula adaptasi terhadap kehamilan berkaitan dengan peningkatan simpanan energi, dan sebagian besar kenaikan beat badan yang terjadi pada awal kehamilan adala akibat dari depresi lemak. Kebutuhan janin akan substrat meningkat terus menerus, dan pada akhir trimester kedua kebutuhan ini sangat besar. Akibatnya, semakin banyak kehilangan gliukosa ke janin dan mobililsasi lemak ibu semakin cepat., sehingga menyebabkan peninggian ringan pada konsentrasi asam lemak buakn ester dan keton dalam plasma. Keadaan ini kadangkala disebut sebagia kelaparan yang semakin cepat. Pada wanita yang menderita DM, pemindahan glukosa ke janin terutama menggagu control metabolic kecuali bila terdapat kompensasi penambahan karbohidrat dala diet.
Sel B janin biasanya tidak terangsang oleh perubahan glukosa fisiologis, teteapi kalau DM pada ibu tidak diatur dengan baik, janian terpapr terhadap konsentrasi yang jauh lebih tinggi dari keadaan normal. Meningktaknya pelepasan metabolic ini menrangsang pulau langerhans janin, hingga menyebabkan hiperinsulinemia dan hyperplasia sel B. difusi glukosa yang dipermudah melintasi plasenta menjadi jenuh. Sehingga kecepatan mentransfer glukosa janian tidak meningkat ketika darah ibu meningkat melewati batas ini. Dengan demikian efek yang menguntungkan dari pengendalian glukosa darah ibu hamial hanya terlihat di bawah 10 mmol/1. Diperbaikinya pengendalian dari buruk menjadi rata – rata akan sedikti menimbulkan efek fisiologis pada transport glukosa dan tidak ada keuntungan bagi perkembangan dan kemajuan janin.

H. Bimbingan Prakonsepsi
Kehamilan pada wanita yang menderita Dm sebaiknya direncanakan. Semua wanita usia subur penderita Dm yang menghendaki kehamilan hendaknya dibimbing tentang perlunya pengendalian DM yang baik sebelum mereka melakukan upaya untuk hamil. Meskipun ada penurunan yang dramatis dari komplikasi yang berkaitan dengan pengendalian metabolic yang buruk, insiden malformasi konginetal pada anak – anak dari ibu yang menderita DM tetap dua hingga tiga kali lebih besar daripada insidensi populasi umum. Anomaly fatal dan malformasi multiple masih sering terjadi pada popolasi normal. Kejasian ini sudah dibuktikan ada hubungan langsung dengan konsentrasi hemoglobin. Organogenesis untuk semua tempat yang paling sering mengalami anomali kongenital pada anak dari ibu yang menderita DM sudah selesai enam minggu pertama kehamilan, sebelum sang ibu saar bahwa ia hamil. Dengan demikian, idealnya kehamilan harus ditunda samapai dapat dipertahankan pengendalian metaboik yang selama bebrapa waktu. Bukti untuk keadaan ini umumnya diambil ketika konsentrasi hemoglobin glikosit pada rentang normal. Suplemen folat sebaiknya dimulai pada fase ini.

I. Manajemen Persalinan
Perubahan sensitivitas yang dramatis dapat tejdi pada wanita yang tergantung insulin pada saat persalinan. Begitu persalinan aktif sudah mulai, kebutuhan insulin menurun. Sete;lah bayi lahir, begitu plasenta dan produk hormonalnya sudah menghilang terjadi lagi penurunan yang cepat pada kebutuhan insulin. Bahkan seger setelah kelahiran, dosisi insulin bisa turun dibawah dosis sebelum hamil.
Selama persalnan skema yang paling sederhana adalah pada menggunakan infus konstan glukosa 10 % dengan kecepatan 1 liter / 8 jam. Infus insulin independen dengan insulin larut manusia, mula – mula dengan 1 unit per jam, juga diberiakn dosis ini selanjutnya disesuaikan berdasarkan pengukuran glukosa darah di tempat tidur setiap per jam. Sistem ini boleh digunakan tanpa memandang dosis insulin subkutan terakhir, tetapi kalau direncanakan induksi atau seksio secar, cara ini paling baik dimulai pada waktu sarapan setelah suntikan malam hari insulin isofan. Segera setelah bayi lahir infus insulin harus dikurangi atau, pada wanita yang mengalami DM kehamilan, infus insulin dihentikan sama sekali. Infus glukosa sebaiknya dilanjutkan sampai jam makan berikutnya pada pasen yang menjalani pelahiran pervagina atau samapi diberikanya diet normal pada merekan yang melahirkan SC. Dosis insulin sebelum hamil hendaknya diberikan kembali pada waktu insulin ini di sesuaikan dengan kadar gula. Darah. Kalau ada rencana menyusui, masukan karbohidrat sekurang – kurangnya 200g / hari. Pasien hendaknya di ingatkan tentang risiko hipoglikemia pada waktu menyusui, khususnya pada tengah malam.
Meskipun pada umumnya mereka dalam keadaan aman, hendaknya diberiakn perawatan dengan menggunakan larutan glukosa bebas garam jangka panjang. Khususnya kalau bersamaan dengan pemberian oksitosin ( syntosinon ), dan opiat, karena dapat terjadi hipnatremia akobat retensi air

J. Pencegahan
1. Primer : untuk mengurangi obesitas dan BB.
2. Sekunder : deteksi dini, kontrol penyakit hipertensi, anto rokok, perawatan.
3. Tersier :
• Pendidikan tentang perawatan kaki, cegah ulserasi, gangren dan amputasi.
• Pemeriksaan optalmologist
• Albuminuria monitor penyakit ginjal
• Kontrol hipertensi, status metabolic dan diet rendah protein
• Pendidikan pasien tentang penggunaan medikasi untuk mengontrol medikasi

Bab III
PEMBAHASAN

I. KASUS
Ny Wati ( 40 th ) G3P2A1 hamil 28 minggu dirawat di rumah sakit dengan masalah kehamilan dengan DM. Saat anda pengkajian ditemukan data ibu tampak lemah, pucat dan mengeluh sesak nafas. Nilai kadar gula darah sewaktunya adalah 250 mg%.

II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama.
b. Riwayat kesehatan keluarga.
• Riwayat diabetes mellitus dalam keluarga.
c. Riwayat kehamilan
• Diabetes mellitus gestasional.
• Hipertensi karena kehamilan.
• Infertilitas.
• Bayi low gestasional age.
• Riwayat kematian janin.
• Lahir mati tanpa sebab jelas.
• Anomali congenital.
• Aborsi spontan.
• Polihidramnion.
• Makrosomia.
• Pernah keracunan selama kehamilan.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Sirkulasi
• Nadi pedalis dan pengisian kapiler ekstrimitas menurun atau lambat pada diabetes yang lama.
• Edema pada pergelangan kaki atau tungkai.
• Peningkatan tekanan darah.
• Nadi cepat, pucat, diaforesis atau hipoglikemi.
b. Eliminasi
• Riwayat pielonefritis, infeksi saluran kencing berulang, nefropati dan poli uri.
c. Nutrisi dan Cairan
• Polidipsi.
• Poliuri.
• Mual dan muntah.
• Obesitas.
• Nyeri tekan abdomen.
• Hipoglikemi.
• Glukosuria.
• Ketonuria.
• Kulit.
• Sensasi kulit lengan, paha, pantat dan perut dapat berubah karena ada bekas injeksi insulin yang sering.
• Mata.
• Kerusakan penglihatan atau retinopati.
• Uterus.
• Tinggi fundus uteri mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari normal terhadap usia gestasi.
3. Psikososial
• Resiko meningkatnya komplikasi karena faktor sosioekonomi rendah.
• Sistem pendukung kurang dapat mempengaruhi kontrol emosi.
• Cemas, peka rangsang dan peningkatan ketegangan.




Dari kasus di atas di dapatkan data :
• Ds : mengeluh sesak nafas, G3P2A1 hamil 28 minggu
• Do : tampak lemah, pucat, gula darah 250 mg%,

B. Prioritas Keperawatan
1. Memantau status ibu dan janin dan kemajuan persalinan.
2. Memberikan perawatan untuk menghilangkan sesak nafas
3. Mempertahankan normoglikemia.
4. Memberikan dukungan emosional.
5. Meningkatkan keberhasilan kelahiran dari bayi usia gestasi yang tepat.



C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap trauma, pertukaran gas pada janin berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra uterin.
2. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
3. Resiko tinggi terhadap cedera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal, perubahan pada sirkulasi


D. Rencana Tindakan Keperawatan
No Dx Kriteria evaluasi
intervesni Rasional
1 Resiko tinggi terhadap trauma, gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra uterin.
 Kehamilan cukup bulan.
 Meningkatkan keberhasilan kelahiran dari bayi usia gestasi yang tepat.
 Bebas cedera.
 Menunjukkan kadar glukosa normal, bebas tanda hipoglikemia Mandiri :
a. Tinjau ulang riwayat pranatal dan kontrol maternal.




b. Periksa adanya glukosa atau keton dan albumin dalam urin ibu dan pantau tekanan darah.

c. Observasi tanda vital.

d. Anjurkan posisi rekumben lateral selama persalinan oksigen untuk janin.
e. Lakukan dan bantu dengan pemeriksaan vagina untuk menentukan kemajuan persalinan.
Kolaborasi :
a. Tinjau hasil tes pranatal seperti profil biofisikal, tes nonstres dan tes stres kontraksi.
b. Dapatkan atau tinjau ulang hasil dari amniosentesis dan ultrasonografi.
c. Pantai kadar glukosa serum maternal dengan finger stick setiap jam, kemudian setiap 2-4 jam sesuai indikasi.
d. Observasi frekuensi denyut jantung janin.

e. Lakukan pemberian cairan dekstrose 5% per parenteral.
f. Siapkan untuk induksi persalinan dengan oksitosin atau seksio saesar.
g. Kolaborasi dengan tim medis lain sesuai indikasi.

 Hiperglikemia maternal pada periode pranatal meningkatkan makrosomia, membuat janin berisiko terhadap cedera kelahiran karena distosia atau disporsia sefalopelvis. Kadar glukosa maternal yang tinggi pada kelahiran meransang pankreas janin, mengakibatkan hiperinsulinemia.
 Peningkatan glukosa dan kadar keton menandakan ketoasidosis yang dapat mengakibatkan asidosis janin dan potensial cedera susunan syaeaf pusat
 Peningkatan infeksi asenden, dapat mengakibatkan sepsis neonatal.
 Meningkatkan perfusi plasenta dan meningkatkan kesediaan

 Persalinan yang lama dapat meningkatkan resiko distres janin.


Memberikan informasi tentang cadangan pada plasenta untuk oksigenasi janin selama periode intrapartal.
 Memberikan informasi tentang maturasi paru janin

 Peningkatan kebutuhan energi, penurunan kadar glikogen.


 Tacikardi, bradikardi atau deselerasi lambat pada penurunan variabilitas menandakan kemungkinan hipoksia janin.
 Mempertahankan normoglikemia tanpa pemberian glukosa sampai persalinan aktif mulai
 Mendapatkan kelahiran dari bayi sesuai usia gestasi yang tepat.

 Profesionalisasi dapat memberikan bantuan atau tindakan yang tepat.

2 Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.  Mempertahankan kadar gula darah puasa antara 60-100 mg/dl dan 2 jam sesudah makan tidak lebih dari 140 mg/dl.
Mandiri
a. Timbang berat badan setiap kunjungan prenatal.

b. Kaji masukan kalori dan pola makan dalam 24 jam.
c. Tinjau ulang dan berikan informasi mengenai perubahan yang diperlukan pada penatalaksanaan diabetic.
d. Tinjau ulang tentang pentingnya makanan yang teratur bila memakai insulin.
.e. Perhatikan adanya mual dan muntah khususnya pada trimester pertama.
.
f. Kaji pemahaman stress pada diabetic.

g. Ajarkan pasien tentang metode finger stick untuk memantau glukosa sendiri.
h. Tinjau ulang dan diskusikan tanda gejala serta kepentingan hipo atau hiperglikemia.



i. Instruksikan untuk mengatasi hipoglikemia asimtomatik.


j. Anjurkan pemantauan keton urine.

Kolaborasi :
a. Diskusikan tentang dosis , jadwal dan tipe insulin.

b. Sesuaikan diet dan regimen insulin untuk memenuhi kebutuhan individu.
c. Rujuk pada ahli gizi.
.
d. Observasi kadar Glukosa darah.





e. Tentukan hasil HbA1c setiap 2 – 4 minggu.



 Rasional: Penambahan berat badan adalah kunci petunjuk untuk memutuskan penyesuaian kebutuhan kalori.
 Rasional : Membantu dalam mengevaluasi pemahaman pasien tentang aturan diet.
 Rasional : Kebutuhan metabolisme dari janin dan ibu membutuhkan perubahan besar selama gestasi memerlukan pemantauan ketat dan adaptasi
 Rasional : Makan sedikit dan sering menghindari hiperglikemia , sesudah makan dan kelaparan

 Rasional : Mual dan muntah dapat mengakibatkan defisiensi karbohidrat yang dapat mengakibatkan metabolisme lemak dan terjadinya ketosis
 Rasional : Stress dapat mengakibatkan peningkatan kadar glukosa, menciptakan fluktuasi kebutuhan insulin.
 Rasional : Kebutuhan insulin dapat dinilai berdasarkan temuan glukosa darah serum secara periodik.
 Rasional : Hipoglikemia dapat terjadi secara cepat dan berat pada trimester pertama karena peningkatan penggunaan glukosa dan glikogen oleh ibu dan perkembangan janin. Hiperglikemia berefek terjadinya hidramnion.

 Rasional : Pengguanaan jumlah besar karbohidrat sederhana untuk mengatasi hipoglikemi menyebabkan nilai glukosa darah meningkat.
 Rasional : Ketidakcukupan masukan kalori ditunjukkan dengan ketonuria, menandakan kebutuhan terhadap peningkatan karbohidrat.

 Rasional : Pembagian dosis insulin mempertimbangkan kebutuhan basal maternal dan rasio waktu makan.
 Rasional : Kebutuhan metabolisme prenatal berubah selama trimester pertama

 Rasional : Diet secara spesifik pada individu perlu untuk mempertahankan normoglikemi
 Rasional : Insiden abnormalitas janin dan bayi baru lahir menurun bila kadar glukosa darah antara 60 – 100 mg/dl, sebelum makan antara 60 -105 mg/dl, 1 jam sesudah makan dibawah 140 mg/dl dan 2 jam sesudah makan kurang dari 200 mg/dl.
 Rasional : Memberikan keakuratan gambaran rata rata control glukosa serum selama 60 hari . Kontrol glukosa serum memerlukan waktu 6 minggu untuk stabil.

3 Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal, perubahan pada sirkulasi Menunjukan reaksi Non stress test dan Oxytocin Challenge Test negative atau Construction Stress Test secara normal.
Mandiri :
a. Kaji control diabetik sebelum konsepsi.

b. Tentukan klasifikasi white terhadap diabetes.

c. Kaji gerakan janin dan denyut janin setiap kunjungan.


d. Observasi tinggi fundus uteri setiap kunjungan.
Rasional : Untuk mengidentifikasi pola pertumbuhan abnormal
e. Observasi urine terhadap keton.



f. Berikan informasi dan buatkan prosedur untuk pemantauan glukosa dan penatalaksanaan diabetes di rumah.

g. Pantauan adanya tanda tanda edema, proteinuria, peningkatan tekanan darah.
h. Tinjau ulang prosedur dan rasional untuk Non stress Test setiap minggu.

i. Diskusikan rasional atau prosedur untuk melaksanakan Oxytocin Challenge Test atau Contraction Stress Test setiap minggu mulai minggu ke – 30 sampai dengan minggu ke- 32.
nta.
j. Tinjau ulang prosedur dan rasional untuk tindakan amniosentesis

Kolaborasi :
a. Kaji HbA1c setiap 2 – 4 minggu sesuai indikasi.
b. Kaji kadar albumin glikosilat pada getasi minggu ke 24 sampai ke 28 khususnya pada ibu dengan resiko tinggi.
c. Dapatkan kadar serum alfa fetoprotein pada gestasi minggu ke 14 sampai minggu ke 16.

d. Siapkan untuk ultrsonografi pada gestasi minggu ke 8, 12, 18, 28, 36 sampai minggu ke 38.
e. Lakukan non stress test dan Oxytocin Challenge Test atau Construction Stress test dengan tepat.
f. Dapatkan sekuensial serum atau specimen urine 24 jam terhadap kadar estriol setelah gestasi minggu ke 30.
g. Bantu untuk persalinan per vaginam atau seksio.
 Rasional : Pengontrolan secara ketat sebelum konsepsi membantu menurunkan resiko mortalitas janin dan abnormal konginental.
 Rasional : Janin kurang beresiko bila klasifikasi white adalah A, B, C dan apabila D adalah beresiko tinggi.
 Rasional : Terjadi insufisiensi plasenta dan ketosis maternal mungkin secara negatif mempengaruhi gerakan janin dan denyut jantung janin.
 Rasional : Benda keton dapat mengakibatkan kerusakan susunan syaraf pusat yang tidak dapat diperbaiki.

 Rasional : Penurunan mortalitas dan komplikasi morbiditas janin bayi baru lahir dan anomali congenitial dihubungkan dengan kenaikan kadar glukusa darah.
 Rasional : sekitar 12% – 13% dari diabetes akan berkembang menjadi gangguan hipertensi karena perubahan kardiovaskuler berkenaan dengan diabetes

 Rasional : Aktifitas dan pergerakan janin merupakan petanda baik dari kesehatan janin

 Rasional : Contraction Stress Test dapat memberikan informasi tentang perfusi oksigen dan nutrisi pada janin. Hasil positif menandakan insufisiensi plase
 Rasional : Maturasi paru janin adalah kriteria yang digunakan untuk menentukan kelangsungan hidup.




 Rasional : Insiden bayi malformasi secara kongenital meingkat pada wanita dengan kadar HbA1c tinggi pada awal kehamilan atau sebelum konsepsi.

 Rasional : Tes serum albumin glikosilat menunjukkan glikemia lebih dari beberapa hari.
 Rasional : Insiden kerusakan tuba neural lebih besar pada ibu diabetik dari pada non diabetik bila kontrol sebelum kehamilan sudah buruk

 Rasional : Ultrasonografi bermanfaat dalam memastikan tanggal gestasi dan membantu dalam evaluasi retardasi pertumbuhan intra uterin.
 Rasional : Mengetahui kesehatan janin dan kedekatan perfusi plasenta.

 Rasional : Penurunan kadar estriol dapat menunjukkan penurunan fungsi plasenta, menimbulkan retardasi pertumbuhan intra uterin dan lahir mati.
 Rasional: Membantu menjamin hasil positif untuk neonatus. Insiden lahir mati meningkat secara bermakna pada gestasi lebih dari minggu ke-36. Makrosomia sering menyebabkan distosia dengan sefalopelvis disproporsi.

Bab IV
PENUTUP

Kesimpulan
• Diabetes adalah penyakit kronik yang komplek yang dikarakterisasikan dengan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak, hiperglikemi dan perkembangan dari mikrovaskuler ( kental kapiler), arterisklerosis, makrivaskuler komplikasi dan neuropatik ( gangguan struktus dan fungsi ginjal).
• Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi oleh kehamilan
• Faktor Predisposisi :
• Umur sudah mulai tua
• Multiparitas
• Penderita gemuk
• Kelainan anak lebih besar dari 4000 g
• Bersifat keturunan
• Pada pemeriksaan terdapat gula dalam urine
• Riwayat kehamilan : Sering meninggal dalam rahim, Sering mengalami lahir mati, Sering mengalami keguguran
• Glokusuria







DAFTAR PUSTAKA

Djoko, Moeljanto R. 2005. Diabetes Mellitus dan Penanggulanganya. Semarang FK UNDIP
Doenges E, Marilynn. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Ledewig. W. Patricia. 2005. Buku Saku Asuhan Keperawatan Ibu Bayi Baru Lahir. Jakarta :EGC
Mubarak, Wahit Iqbal, DKK. 2007. BukuA jar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC
Prawiroharjo, Sarwono. 2003. Ilmu Kebidanan. Jakarta : yayasan Bina Pustaka
Rubin, Peter. 2001. Peresapan Untuk Ibu Hamil. Jakarta : Hipokrates




















Lampiran
Pathway
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIARE


A. PENGERTIAN.
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.

B. PENYEBAB
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
b) Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.

2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
a) malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
b) Kurang kalori protein.
c) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
Sedangkan menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).
b) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.
2. Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
3. Faktor makanan
4. Faktor psikologis




C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.

4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat.
- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

D. MANIFESTASI KLINIS DIARE
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul).

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) PH dan kadar gula dalam tinja
c) Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

E. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.
F. DERAJAT DEHIDRASI
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
a. Kehilangan berat badan
1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
2) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
b. Skor Mavrice King
Bagian tubuh
Yang diperiksa Nilai untuk gejala yang ditemukan
0 1 2
Keadaan umum

Kekenyalan kulit
Mata
Ubun-ubun besar
Mulut
Denyut nadi/mata Sehat

Normal
Normal
Normal
Normal
Kuat <120 Gelisah, cengeng
Apatis, ngantuk
Sedikit kurang
Sedikit cekung
Sedikit cekung
Kering
Sedang (120-140) Mengigau, koma, atau syok
Sangat kurang
Sangat cekung
Sangat cekung
Kering & sianosis
Lemas >40

Keterangan
- Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
- Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
- Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat









c. Gejala klinis
Gejala klinis Gejala klinis
Ringan Sedang Berat
Keadaan umum
Kesadaran
Rasa haus
Sirkulasi
Nadi
Respirasi
Pernapasan
Kulit
Uub
Baik (CM)
+

N (120)

Biasa

Agak cekung
Agak cekung
Biasa
Normal
Normal
Gelisah
++

Cepat

Agak cepat

Cekung
Cekung
Agak kurang
Oliguri
Agak kering
Apatis-koma
+++

Cepat sekali

Kusz maull

Cekung sekali
Cekung sekali
Kurang sekali
Anuri
Kering/asidosis

G. KEBUTUHAN CAIRAN ANAK
Tubuh dalam keadaan normal terdiri dari 60 % air dan 40 % zat padat seperti protein, lemak dan mineral. Pada anak pemasukan dan pengeluaran harus seimbang, bila terganmggu harus dilakukan koreksi mungkin dengan cairan parentral, secara matematis keseimbangan cairan pada anak dapat di gambarkan sebagai berikut :

Umur Berat Badan Total/24 jam Kebutuhan Cairan/Kg BB/24 jam
3 hari
10 hari
3 bulan
6bulan
9 bulan
1 tahun
2 tahun
4 tahun
6 tahun
10 tahun
14 tahun
18 tahun 3.0
3.2
5.4
7.3
8.6
9.5
11.8
16.2
20.0
28.7
45.0
54.0 250-300
400-500
750-850
950-1100
1100-1250
1150-1300
1350-1500
1600-1800
1800-2000
2000-2500
2000-2700
2200-2700 80-100
125-150
140-160
130-155
125-165
120-135
115-125
100-1100
90-100
70-85
50-60
40-50

Whaley and Wong (1997), Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil 1998), Suharyono, Aswitha, Halimun (1998) dan Bagian Ilmu Kesehatan anak FK UI (1988), menyatakan bahwa jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada anak di bawah 2 tahun adalah sebagai berikut :
Derajat Dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah
Ringan
Sedang
Berat 50
75
125 100
100
100 25
25
25 175
200
250

Keterangan :
PWL : Previous Water loss (ml/kg BB)
NWL : Normal Water losses (ml/kg BB)
CWL : Concomitant Water losses (ml/kg BB)








H. PATHWAYS
Faktor infeksi Faktor malabsorbsi Gangguan peristaltik

Endotoksin Tekanan osmotik ↑ Hiperperistaltik Hipoperistaltik
merusak mukosa
usus Pergeseran cairan Makanan tidak Pertumbuhan bakteri
dan elektrolit ke sempat diserap
lumen usus Endotoksin berlebih

Hipersekresi cairan
dan elektrolit
Isi lumen usus ↑

Rangsangan pengeluaran

Hiperperistaltik

Diare

Gangguan keseimbangan cairan Gangguan keseimbangan elektrolit

Kurang volume cairan (dehidrasi) Hiponatremia
Hipokalemia
Pusing, lemah, letih, sinkope, anoreksia, Penurunan klorida serum
mual, muntah, haus, oliguri, turgor kulit
kurang, mukosa mulut kering, mata dan Hipotensi postural, kulit dingin, ubun-ubun cekung, peningkatan suhu tremor
tubuh, penurunan berat badan kejang, peka rangsang, denyut jantung cepat dan lemah
(Horne & Swearingen, 2001; Smeltzer & Bare, 2002


I. PENTALAKSANAAN
1. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:
- Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
• 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
• 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
• 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
• 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
• 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
• 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
• 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
- Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
• Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
• Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:
- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh
- Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
2. Keperawatan
Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai proses penyakit.
Mengingat diare sebagian besar menular, maka perlu dilakukan penataan lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain.
a. Data fokus
1) Hidrasi
- Turgor kulit
- Membran mukosa
- Asupan dan haluaran
2) Abdomen
- Nyeri
- Kekauan
- Bising usus
- Muntah-jumlah, frekuensi dan karakteristik
- Feses-jumlah, frekuensi, dan karakteristik
- Kram
- Tenesmus
b. Diagnosa keperawatan
- Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara intake dan out put.
- Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi usus dengan mikroorganisme.
- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi yang disebabkan oleh peningkatan frekuensi BAB.
- Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, tidak mengenal lingkungan, prosedur yang dilaksanakan.
- Kecemasan keluarga berhubungan dengan krisis situasi atau kurangnya pengetahuan.
c. Intervensi
1) Tingkatkan dan pantau keseimbangan cairan dan elektrolit
- Pantau cairan IV
- Kaji asupan dan keluaran
- Kaji status hidrasi
- Pantau berat badan harian
- Pantau kemampuan anak untuk rehidrasi
- Melalui mulut
2) Cegah iritabilitas saluran gastro intestinal lebih lanjut
- Kaji kemampuan anak untuk mengkonsumsi melalui mulut (misalnya: pertama diberi cairan rehidrasi oral, kemudian meningkat ke makanan biasa yang mudah dicerna seperti: pisang, nasi, roti atau asi.
- Hindari memberikan susu produk.
- Konsultasikan dengan ahli gizi tentang pemilihan makanan.
3) Cegah iritasi dan kerusakan kulit
- Ganti popok dengan sering, kaji kondisi kulit setiap saat.
- Basuh perineum dengan sabun ringan dan air dan paparkan terhadap udara.
- Berikan salep pelumas pada rektum dan perineum (feses yang bersifat asam akan mengiritasi kulit).
4) Ikuti tindakan pencegahan umum atau enterik untuk mencegah penularan infeksi (merujuk pada kebijakan dan prosedur institusi).
5) Penuhi kebutuhan perkembangan anak selama hospitalisasi.
- Sediakan mainan sesuai usia.
- Masukan rutinitas di rumah selama hospitalisasi.
- Dorong pengungkapan perasaan dengan cara-cara yang sesuai usia.
6) Berikan dukungan emosional keluarga.
- Dorong untuk mengekspresikan kekhawatirannya.
- Rujuk layanan sosial bila perlu.
- Beri kenyamanan fisik dan psikologis.
7) Rencana pemulangan.
- Ajarkan orang tua dan anak tentang higiene personal dan lingkungan.
- Kuatkan informasi tentang diet.
- Beri informasi tentang tanda-tanda dehidrasi pada orang tua.
- Ajarkan orang tua tentang perjanjian pemeriksaan ulang.
DAFTAR PUSTAKA

1. Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan
Pediatik, Jakarta, EGC
2. Sachasin Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatik. Alih bahasa :
Manulang R.F. Jakarta, EGC
4. Arjatmo T. 2001. Keadaan Gawat yang mengancam jiwa, Jakarta gaya baru