Selasa, 12 Oktober 2010

ASKEP MENARIK DIRI

Bab I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain
Asuhan keperawatan yang diberikan di rumah sakit jiwa terhadap perilakukekerasan perlu ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di rumah sakit umum.Asuhan keperawatan pada Isoslasi sosial (MPK) yaitu asuhan keperawatan yang bertujuan melatih klien mengontrol perilaku kekerasannya dan pendidikan kesehatantentang MPK pada keluarga. Seluruh asuhan keperawatan ini dapat dituangkanmenjadi pendekatan proses keperawatan.

B. Rumusan Masalah
1. Tanda dan Gejala Isolasi Sosial
2. Rentang Respons Isolasi Sosial
3. Penyebab Isolasi Sosial
4. Pohon Masalah Isolasi Sosial
5. Masalah Keperawatan Isolasi Sosial
6. Data Yang Perlu Dikaji pada Pasien dengan Isolasi Sosial
7. Rencana tindakan keperawatan. Isolasi Sosial
8. Auhan Keperawatan Isolasi Sosial
9. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Isolasi Sosial

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Menjelaskan Tanda dan Gejala Isolasi Sosial
2. Untuk Menjelaskan Rentang Respons Isolasi Sosial
3. Untuk Menjelaskan Penyebab Isolasi Sosial
4. Untuk Menjelaskan Pohon Masalah Isolasi Sosial
5. Untuk Menjelaskan Masalah Keperawatan Isolasi Sosial
6. Untuk Menjelaskan Data Yang Perlu Dikaji pada Pasien dengan Isolasi Sosial
7. Untuk Menjelaskan Rencana tindakan keperawatan. Isolasi Sosial
8. Untuk Menjelaskan Auhan Keperawatan Isolasi Sosial
9. Untuk Menjelaskan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Isolasi Sosial

D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode studi pustaka, diskusi kelompok dan browsing internet


















Bab II
KONSEP DASAR

A. Pengertian Isolasi Sosial
• Suatu sikap di mana individu menhidari diri dari interaksi dengan orang lain.individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan,pikiran,prestasi,atau kegagalan.ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain,yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup membagi pengamatan dengan orang lain (Balitbang,2007).
• Merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan maupun komunikasi dengan orang lain (Rawlins, 1993).
• Kerusakan interaksi sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan social (Depkes RI, 2000).
• Merupakan upaya untuk menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karna merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan denga mengisolasi diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup berbagi pengalaman (Balitbang, 2007).
• Suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karna orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Townsend, 1998).
• Kerusakan interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana seseorang berpartisipasi dalam pertukaran sosial dengan kuantitas dan kualitas yang tidak efektif. Klien yang mengalami kerusakan interaksi sosial mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain salah satunya mengarah pada perilaku menarik diri (Townsend, 1998).
• Kerusakan interaksi sosial adalah satu gangguan kepribadian yang tidak fleksibel, tingkah maladaptive, dan mengganggu fungsi individu dalam hubungan sosialnya (Stuart dan sundeen, 1998).

B. Tanda dan gejala Isolasi Sosial
Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial.
• Kurang spontan.
• Apatis (acuh terhadap lingkungan ).
• Ekspresi wajah kurang berseri.
• Tidak merawat diri dan tidak memperhatian kebersihan diri.
• Tidak ada atau kurang komunikasi verbal.
• Mengisolasi diri.
• Tidak atau kurang sadar terhadap sekitarnya.
• Asupan makanan dan minuman terganggu.
• Retensi urine dan feses.
• Aktivitas menurun.
• Kurang energy(tenaga)
• Rendah diri.
• Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur).
Perilaku ini biasanya di sebabkan karana seseorang menilai dirinya rendah, sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi degan orang lain.bila tidak dilakukan intervensi lebih lanjut,maka akan meyebabkan perubahan persepsi sensori : halusinasi dan resiko tinggi menceriderai diri, orang lain bahkan lingkungan. Perilaku yang tertutup dengan orang lain juga bisa menyebabkan intoleransi aktivitas yang akhirnya bisa berpengaruh terhadap ketidakmampuan untuk melakukan perawatan secara mandiri . Seseorang yang mempunyai harga diri rendah awalnya disebabkan oleh ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah dalam hidupnya, sehingga orang tersebut berperilaku tidak normal (Koping individu tidak efektif). Peranan kaluarga cukup besar dalam mendorong klien agar mampu menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, bila sistem pendukungnya tidak baik (Koping keluarga tidak efektif) maka akan mendukung seseorang memiliki harga diri rendah.

C. Rentang Respons
Respon Adaptif
Respon Maladaptif

• Menyendiri
• Otonomi
• Bekerja sama
• Interdependen • Merasa sendiri
• Depedensi
• Curiga • Menarik diri
• Ketergantungan
• manipulasi
• curiga
Gambar 3.1. rentang respons isolasi sosial Sumber townsend

Berikut ini akan dijelaskan tentang respons yang terjadi pada isolasi sosial.
• Respons adaptif
Respons adaptif adalah respons yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut Ini adalah sikap yang termasuk respons adaptif.
a. Menyendiri, respons yang dibutuhkan untuk ,merenungkan apa yang telah terjadi di lingkungan sosialnya.
b. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
c. Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain.
d. Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
• Respons maladaptif
Respons maladaptif adalah respons yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respons maladaptive.
a. Menarik diri, seseorang yan g mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
b. Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga tergantung dengan orang lain.
c. Manipulasi, seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam
d. Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.

D. Penyebab Isolasi Sosial
1} Factor Predisposisi
• Factor tumbuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah.

Tabel 3.1. Tugas perkembangan berhubungan dengan pertumbuhan interpersonal.
Tahap perkembangan Tugas
Masa bayi Menetapkan rasa percaya
Masa bermain Mengembangkan otonomi dan awal perilaku mandiri
Masa prasekolah Belajar,menunjukan inisiatif rasa tanggung jawab,dan hati nurani
Masa sekolah Belajar berkompetisi,bekerja sama, dan berkompromi
Masa praremaja Menjalin hubungan intim dengan teman sesame jenis kelamin
Masa remaja Menjadi intim dengan teman lawan jenis atau bergantung pada orang tua
Masa dewasa muda Menjadi saling bergantung antara orangtua dan teman ,mencari pasangan,menikah,dan mempunyai anak
Masa tengah baya Belajar menerima hasil kehidupan yang sudah dilalui
Masa dewasa tua Berduka karena kehilangan dan mengembangkan perasaan keterkaitan dengan budaya
Sumber: stuart dan sundeen (1995),hlm.346

• Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan factor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial.dalam teori ini yang termasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan dimana seseorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam wktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dengan keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga.
• Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu factor pendukung tejadinya gangguan dalam berhubungan sosial.hal ini di sebabkan oleh norma-norma yang salah dianut keluarga,dimana setip anggota keluarga produktif seperti usia lajut, berpenyakit kronis, dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
• Factor biologis
Factor biologis juga merupakan merupakan salah satu factor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial.organ tubuh yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak,serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal .

2). Factor Presipitasi
Terjadinya gangguan hubungan sosial juga dapat ditimbulkan oleh factor internal dan eksternal seseoranng.faktor stressorprespitasi dapat dikelompokan sebagai berikut .
• Factor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya,yaitu stress yang ditimbulkan oleh factor sosial budaya seperti keluarga.
Contohnya adalah stresor psikologis,yaitu stress terjadi akibat ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan indavidu untuk mengatasinya.ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan induvidu.

E. Pohon Masalah
Risti Mencederai diri, Orang Lain, dan Lingkungan


Defisit Perawatan Diri PPS Halusinasi



Intilerasni Aktivitas
Isolasi Sosial


Harga Diri Rendah Kronis


Kooping Individu tak Efektif
F. Masalah Keperawatan
1. Isolasi Sosial.
2. Harga Diri Rendah Kronis
3. Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
4. Koping Individu Tidak Efektif..
5. Intoleransi Aktivitas.
6. Defisit Perawatan Diri.
7. Resiko tinggi meceriderai diri,orang lain,dan lingkungan.

G. Data Yang Perlu Dikaji
Masalah keperawatan Data yang perlu dikaji
Isolasi sosial Subjektif:
a. Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain
b. Klien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani perawat dan meminta sendirian
c. Klien mengatan tidak mau berbicara dengan orang lain
d. Tidak mau berkomunikasi
e. Data tentang klien biasanya didapat dari keluarga yang mengetahui keterbatasan klien (suami,istri,anak,ibu,ayah,atau teman dekat)

Objektif:
a. Kurang spontan
b. Apatis(acuh terhadap lingkungan ).
c. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
d. Tidak ada atau kurang kominikasi verbal
e. Mengisolasi diri
f. Tidak ada atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
g. Asupan makanan dan minuman terganggu .
h. Retensi urine dan feses .
i. Aktivitas menurun.
j. Kurang berenergi atau bertenaga .
k. Rendah diri.
l. Postur tubuh berubah,misalnya sikap fetus atau janin(khususnya pada posisi tidur).

H. Rencana Tindakan Keperawatan.
1. Tindakan Keperawatan Untuk Klien.
o Membina hubungan saling percaya.
o Menyadari penyebab isolasi sosial.
o Mengetahui keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain. secara bertahap.

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga
a. Tujuan: setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat pasien isolasi sosial
b. Tindakan: Melatih keluarga merawat pasien isolasi social
Keluarga merupakan system pendukung utama bagi pasien untuk dapat membantu pasien mengatasi masalah isolasi sosial ini, karena keluargalah yang selalu bersama-sama dengan pasien sepanjang hari.
Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi di rumah meliputi :
1. Mendiskusikan masalah yang di rasakan keluarga dalam merawat pasien.
2. Menjelaskan tentang :
• Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.
• Penyebab isolasi sosial.
• Cara-cara merawat pasien dengan isolasi sosial, antara lain:
- Membina hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara bersikap peduli dan tidak ingkar janji.
- Memberi semangat dan dorongan kepada pasien untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain yaitu dengan tidak mencela kondisi pasien lain dan memberikan pujian yang wajar.
- Tidak membiarkan pasien sendiri di rumah
- Membuat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan pasien.
3. Memperagakan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
4. Membantu keluarga mempraktekkan cara merawat yang telah di pelajari, mendiskusikan yang dihadapi.
5. Menyusun perencanaan pulang bersama keluarga.



















Bab III
PEMBAHASAN

A. KASUS
Ny Elisabeth ( 19 th ) dirawat di RSJ Pekalongan dengan riwayat di rumah sudah 5 minggu tidak mau keluar rumah dan hanya mengurung diri di kamar. Hasil pengkajian di dapatkan data 3 bulan sebelum masuk rumah sakit jiwa,ia tidak lulus sekolah dan selalu di ejek oleh temannya,Ny Elisabet terlihat kotor,dan kadang berbicara sendiri.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
DS : ia tidak lulus sekolah dan selalu di ejek oleh temannya,
DO : Ny Elisabet terlihat kotor,dan kadang berbicara sendiri.

2. Diagnosa Keperawatan
a) Resiko perubahan sensori persepsi
b) Risti Mencederai diri, Orang Lain, dan Lingkungan
c) PPS Halusinasi
d) Defisit Perawatan Diri
e) Intilerasni Aktivitas
f) Isolasi Sosial
g) Harga Diri Rendah Kronis








Bab IV
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERWATAN

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PASIENSp1

B. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien :-
2. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
3. Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien mampu mengenal penyebab menarik diri
c. Klien mampu mengenal keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik diri.
4. Tindakan Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
a. Beri salam setiap berinteraksi
b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.
c. Tanyakan dan panggil nama kesukaan klient
d. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
e. Tanyakan perasaan klient dan masalah yang dihadapi klient

C. Strategi komunikasi pelaksanaan tindakan
1. Orientasi (Perkenalan)
Saya Lilik … saya senang dipanggil Ibu Lilik … saya perawat di ruang Mawar ini … yang akan merawat ibu.”
“Siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa?”
“Apa keluhan Elisabet hari ini?” bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-teman Elisabet? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau diruang tamu? Mau berapa lama, Elisabet? Bagaimana kalau 15 menit”

2. Kerja
“Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan Elisabet? Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan Elisabet? Apa yang membuat Elisabet jarang bercakap-cakap (Jika pasien sudah lanlu dirawat)
“Apa yang Elisabet rasakan selama Elisabet dirawat disini? O… Elisabet merasa sendirian? Siapa saja yang Elisabet kenal diruangan ini”
“Apa saja kegiatan yang biasa Elisabet lakukan dengan teman yang Elisabet kenal?” “Apa yang menghambat Elisabet dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang lain?”
“Menurut Elisabet apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman? Wah benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) nah kalau kerugiannya tidak mempunyai teman apa ya Elisabet? Ya, apa lagi? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah Elisabet belajar bergaul dengan orang lain?
“Bagus. Bagaimana kalu sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain” “ Begini lho Elisabet, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan nama panggilan yang kita semua suka asal kita dan hobi. Contoh: nama saya Elisabet, senang dipanggil Elis. Asala saya dari Bireun, hobi memasak” “ selanjutnya Elisabet menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini: nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asal dari mana/ hobinya apa?”
“Ayo dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan Elisabet. Coba berkenalan dengan saya!
“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah Elisabet berkenalan dengan orang tersebut Elisabet bias melanjutkan percakapannya tentang hal-hal yang menyenangkan Elisabet bicarakan misalnya, tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”

3. Terminasi :
“Bagaimana perasaan Elisabet setelah kita latihan berkenalan?”
“Elisabet sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”
“ Selanjutnya Elisabet dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada… sehingga Elisabet lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. Elisabet mau praktekkan ke pasien lain. Mau jam berapa mecobanya. Mari kira masukkan pada jadual kegiatan harianya.”
“Besuk pagi jam 10 saya akan dating kesini untuk mengajak Elisabet berkenalan dengan teman saya, perawat Nisa. Bagaimana, Elisabet mau kan?”
Baiklah, sampai jumpa. Assalamu`laikum





















STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN Sp 2

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien :-
2. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
3. Tujuan Khusus :
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekan cara berkenalan dengan orang lain.
c. Membantu pasien memasukan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekan cara berkenalan dengan orang lain.
c. Membantu pasien memasukan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.

B. Strategi komunikasi pelaksanaan tindakan
1. Orientasi
“Assalamu`alaikum Elisabet!”
“Bagaimana perasaan Elisabet hari ini?
Sudah diingat-ingat lagi pelajaran kita tentang berkenalan, Coba sebutkan lagi sambil bersalaman dengan suster!
Bagus sekali, Elisabet masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan mengajak Elisabet mencoba berkenalan dengan teman saya perawat Nisa. Tidak lama kok, sekitar 10 menit,... Ayo kita temui perawat Nisa disana.

2. Kerja
(Bersama-sama Elisabet saudara mendekati perawat Nisa)
Selamat pagi perawat Nisa, ini ingin berkenalan dengan Nisa ..
Baiklah Elisabet, Elisabet bisa berkenalan dengan perawat Nisa seperti yang kita praktekkan kemarin
(Pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat Nisa : memberi salam, menyebutkan nama menanyakan nama perawat dan seterusnya)
Ada lagi yang Elisabet ingin tanyakan kepada perawat Nisa. Coba tanyakan kepada keluarga perawat Nisa
Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan. Elisabet bisa sudahi perkenalan ini. Lalu Elisabet bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat Nisa, misalnya jam 1 siang nanti,.. baiklah perawat Nisa, karena Elisabet sudah selesai berkenalan, saya dan Elisabet akan kembali keruangan Elisabet Selamat pagi,
(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat Nisa untuk melakukan terminasi dengan Elisabet di tempat lain)

3. Terminasi :
“Bagaimana perasaan Elisabet setelah berkenalan dengan perawat Nisa” “Elisabet tampak bagus sekali saat berkenalan tadi”
“Pertahankan terus apa yang sudah Elisabet lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan topic lain supaya perkenalan berjalan lancer. Misalnya menanyakan keluarga, hobi, dan sebagainya. Bagaimana, mau mencoba dengan perawat lain. Mari kita masukkan pada jadualnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik nanti, Elisabet coba sendiri. Besuk kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10? Sampai besuk.








STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN Sp 3

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien :-
2. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
3. Tujuan Khusus :
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekan cara berkenalan dengan dua orang atau lebih.
c. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekan cara berkenalan dengan dua orang atau lebih.
c. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

B. Strategi komunikasi pelaksanaan tindakan
1. Orientasi :
Assalamua`alaikum Elisabet! Bagaimana perasaan hari ini?
“Apakah Elisabet bercakap-cakap dengan perawat Nisa kemarin siang”
(jika jawaban pasien : ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain “Bagaimana perasaan Elisabet setelah bercakap-cakap dengan perawat Nisa kemarin siang” “Bagus sekali Elisabet menjadi senang karena punya teman lagi?”
“Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien Olif seperti biasa kira-kira 10 menit “
mari kita temui dia diruang makan”

2. Kerja :
(Bersama-sama Elisabet saudara mendekati pasien)
“Selamat pagi, ini ada pasien saya yang ingin berkenalan”
Baiklah Elisabet, Elisabet sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah Elisabet lakukan sebelumnya.
(Pasien mendemontrasikan cara berkenalan : memberi salam, menyebutkan nama, nama panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama).
Ada lagi yang Elisabet ingin tanyakan kepada Olif
Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan. Elisabet bisa sudahi perkenalan ini. Lalu Elisabet bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat Nisa, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti
(Elisabet membuat janji untuk bertemu kembali dengan Olif)
Baiklah Olif, karena Elisabet sudah selesai berkenalan, saya dan Elisabet akan kembali keruangan Elisabet Selamat pagi,
(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat Olif untuk melakukan terminasi dengan Elisabet di tempat lain)

3. Terminasi :
“Bagaimana perasaan Elisabet setelah berkenalan dengan perawat Olif” “Elisabet tampak bagus sekali saat berkenalan tadi”
“Pertahankan terus apa yang sudah Elisabet lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali dengan Olif jam 4 sore nanti.”
“Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan bercakap-cakap dengan orang lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari Elisabet dapat berbincang bincang dengan orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 8 malam, Elisabet bisa bertemu dengan Nisa, dan tambah dengan pasien yang baru dikenal selanjutnya Elisabet bisa berkenalan dengan orang lain lagi secara bertahap. Bagaimana setuju kan?
“Baiklah, besuk kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman Elisabet. Pada jam yang sama dan tempat yang sama ya. Sampai besuk … Assalamu`alaikum”



STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA SPk 1

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien :-
2. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
3. Tujuan Khusus :
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta proses terjadinya.
c. Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial.
4. Tindakan Keperawatan
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta proses terjadinya.
c. Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial.

B. Strategi komunikasi pelaksanaan tindakan
1. Orientasi
“Assalamu`alaikum pak”
“Perkenalkan saya perawat Lilik, saya yang merawat, anak bapak, Elisabet, di ruang Mawar “Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?
Bagaimana perasaan bapak hari ini? Bagaimana keadaan anak Elisabet sekarang?
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah anak bapak dan cara perawatannya”
“Kita diskusi disini saja ya? Berapa lama bapak punya waktu?
Bagaimana kalau setengah jam?

2. Kerja:
Apa masalah yang bapak ibu hadapi dalam merawat Elisabet? Apa yang sudah dilakukan?” .
Masalah yang dialami oleh anak Elisabet disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu gejala penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain”
Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung diri kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk.
Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang mengecewakan saat berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau berpisah dengan orang-orang terdekat.
Apabila masalah isolasi sosial ini tidak diatasi maka seseorang bisa mengalami halusinasi, yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada.
Untuk menghadapi keadaan yang demikian bapak dan anggota keluarga lainnnya harus sabar mengahadapi Elisabet. Dan untuk merawat Elisabet, keluarga perlu melakukan beberapa hal. Pertama keluarga harus membina hubungan saling percaya dengan Elisabet yang caranya adalah bersikap peduli dengan D dan jangan ingkar janji. Kedua keluarga perlu memberikan semangat dan dorongan kepada Elisabet untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain. Berilan pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi pasien.
Selanjutnya jangan biarkan Elisabet sendiri, buat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan Elisabet. Misalnya sholat bersama, makan bersama, rekreasi bersama, melakukan kegiatan rumah tangga bersama.
Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara itu. Begini contoh komunikasinya pak Elisabet bapak lihat sekarang kamu sudah bisa bercakap-cakap dengan orang lain. Perbincangannya juga lumanyan lama. Bapak senang sekali melihat perkembangan kamu. Nak coba kamu bincang-bincang dengan saudara yang lain. Lalu bagaimana mulai sekarang kamu sholat berjamaah. Kalau dirumah sakit ini, kamu sholat dimana? Kalau nanti dirumah kamu sholat bersama-sama keluarga atau di mushola kampung. Bagaimana D kamu mau coba kan nak?
Nah sekarang bapak peragakan cara komunikasi seperti yang saya contohkan
Bagus pak, bapak telah memperagakan dengan baik sekali
“Sampai disini ada yang ditanyakan pak”

3. Terminasi :
“Baiklah waktunya sudah habis. Bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan tadi?”
coba bapak ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan tanda-tanda orang yang mengalami isolasi sosial
selanjutnya bisa bapak lanjutkan kembali cara-cara merawat anak bapak yang mengalami masalah isolasi sosial
bagus sekali pak, Bapak bisa menyebutkan kembali cara-cara perawatan tersebut, nanti kalau ketemu Elisabet coba Bapak Ibu lakukan. Dan tolong ceritakan kepada semua keluarga agar mereka juga melakukan hal yang sama.
Bagaimana kalau kita ketemu tiga hari lagi untuk latihan langsung kepada Elisabet?, kita ketemu disini saja ya pak. Pada jam yang sama,
“Assalamu`alaikum”

















STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA SPk 2

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien :-
2. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
3. Tujuan Khusus :
a. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan isolasi sosial.
b. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat lansung kepada pasien isolasi sosial.
4. Tindakan Keperawatan
a. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan isolasi sosial.
b. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat lansung kepada pasien isolasi sosial.

B. Strategi komunikasi pelaksanaan tindakan
1. Orientasi :
“Assalamu`alaikum Pak/Bu
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini?”
“Bapak masih ingat latihan merawat anak bapak seperti yang kita pelajari beberapa hari yang lalu?”
“Mari mempraktekkan langsung ke Elisabet! Berapa lama waktu Bapak/Ibu baik kita akan coba 30 menit.”
“Sekarang mari kita temui Elisabet”

2. Kerja :
“Assalamu`alaikum Elisabet. Bagaimana perasaaan Elisabet hari ini?”
“Bapak/ Ibu Elisabet dating besuk beri salam! Bagus tolong Elisabet tunjukkan jadwal kegiatanya!”
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
“Nag pak, sekarang Bapak bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan beberapa hari lalu”
(saudara mengoberservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya)
“Bagaimana perasaaan Elisabet setelah berbincang-bincang dengan orang tua Elisabet?”
“Baiklah, sekarang saya dan orang tua ke ruang perawat dulu “
(saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)

3. Terminasi :
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi? Bapak/Ibu sudah bagus.”Mulai sekarang Bapak sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada Elisabet,
Tiga hari lagi kita akan bertemu utnuk mendiskusikan pengalaman Bapak melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang pak.
Assalamu`alaikum














STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA SPk 3

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien :-
2. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
3. Tujuan Khusus :
a. Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)
b. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
4. Tindakan Keperawatan
a. Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)
b. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.

B. Strategi komunikasi pelaksanaan tindakan
1. Orientasi
Assalamu`alaikum Pak/Bu
Karena besok sudah boelh pulang maka perlu kita bicarakan perawatan dirumah
Bagaimana kalu kita membicarakan jadwal Elisabet tersebut disni saja
“Berapa lama kita bisa bicara? Bagaimana kalau 30 menit?

2. Kerja :
“Bapak/ Ibu ini jadwal Elisabet selama dirumah sakit. Coba dilihat mungkinkah dilanjutkan dirumah? Di rumah Bapak/Ibu yang menggantikan perawat. Lanjutkan jadwal ini dirumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya itu.
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang menampilkan oleh anak Bapak selama di rumah. Misalnya kalau Elisabet terus menerus tidakmau bergaul dengan orang lain, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain jika hal ini terjadi segera hubungi perawat K di puskesmas Indara Puri. Puskesmas terdekat dari rumah bapak. Ini nomor telpon puskemasnya: (0651) 554xxx
“Selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau perkembangan Elisabet selama di rumah”

3. Terminasi :
“Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadual kegiatan harian Elisabet untuk dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk perawat K di PKM Inderapuri. Jangan lupa control ke PKM sebelum minum obat habis atau ada gejala yang nampak. Silahkan selesaikan admistrasinya!”






















Bab V
PENUTUP

Kesimpulan




























DAFTAR PUSTAKA

Dadang Hawari, 2001, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa hizofrenia, FKUI; Jakarta
Depkes RI, 1996, Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Pelayanan Keperawatan, 2000, Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan, Jakarta
Depkes RI, 1996, Proses Keperawatan Jiwa, jilid I. Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar