Selasa, 12 Oktober 2010

ASKEP HALUSINASI

Bab I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Halusinasi adalah gangguan persepsi pasca indera tanpa adanyarangsangan dari luar yang dapat meliputi semua system penginderaan di mana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh / baik. Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran, ancaman dan lain-lain.

B . Pembatasan Masalah
Dalam penulisan makalah ini penyusun hanya membatasi topik pada :
1. Pengertian Halusinasi
2. Tanda – Gejala Halusinasi
3. Etiologi Halusinasi
4. Rentang Respon Halusinasi
5. Pohon Masalah Halusinasi
6. Penatalaksanaan Medis Halusinasi
7. Asuhan Keperawatan Halusinasi
8. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

C . Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan Pengertian Halusinasi
2. Untuk menjelaskan Tanda – Gejala Halusinasi
3. Untuk menjelaskan Etiologi Halusinasi
4. Untuk menjelaskan Rentang Respon Halusinasi
5. Untuk menjelaskan Pohon Masalah Halusinasi
6. Untuk menjelaskan Penatalaksanaan Halusinasi
7. Untuk menjelaskan Asuhan Keperawatan Halusinasi
8. Untuk menjelaskan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

D . Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Studi Pustaka
2. Diskusi kelompok
3. Browsing internet



















Bab II
KONSEP DASAR

A. MASALAH UTAMA
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Menurut Cook dan Fontaine ( 1987 ) Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penciuman. Klien marasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Selain itu prubahan persepasi sensori ; halusinasi bisa juga di artikan sebagai persepsi sensori tentang objek, gambaran, dan pikiran yang sering terjadi tanpa adannya rangsang dari luar meliputi semua sistem penginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan).
Menurut DEPKES RI ( 2000 ) Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah ketika individu menginterpretasikan stresor yang tidak ada stimulus dari lingkungan.

Jenis – jenis halusinasi
Jenis Halusinasi Data objektif Data subjektif
Halusinasi Dengar
( klien mendengar suara/ bunyi yang tidak ada hubunganya dengan stimulus yang nyata / lingkungan ) • Bicara / tertawa sendiri
• Marah tanpa sebab
• Mendekatkan telinga ke arah tertentu
• Menutup telinga • Mendengar suara – suara / kegaduhan
• Mendengar suara yang mengajak bercakap – cakap
• Mendengar suara menyruh melakukan sesuatu yang berbahaya
Halusinasi Penglihatan
( klien melihat gambaran yang jelas / samar terhadap adanya stimulus yang nyata dari lingkungan dan orang lain tidak melihatnya ) • Menunjuk – nunjuk kearah tertentu
• Ketakutan pada sesuatu
• Melihat bayangan sinar, bentuk simetris, kartun, melihat hantu, atau monster

Halusinasi Penciuman
( klien mencium sesuatu yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang nyata ) • Mengendus –endus seperti sedang membaui bau – bauan tertentu
• Menutup hidung • Membau – bauiseperti bau darah, urine, feces, dan berkadang bau tersebut menyenangkan klien
Halusinasi Pengecapan
( klien mencium sesuatu yang tidak nyata, biasanya merasakan rasa makanan yang tidak enak ) • Sering meludah
• muntah • merasakan rasa seperti feses, urine, dan darah

Halusinasi Perabaan
( klien sering merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa ada stimulus yang nyata ) • menggaruk – garuk permukaan kulit
• menagatakan ada serangga di permukaan kulit
• merasa sepert tersengat listrik

2. Tanda – Gejala
Tanda dan gejala Perubahan persepsi sensori halusinasi menurut Mary C. Townsend, (1998 : 98 – 103 ).
a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
b. Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, mencium dan merasa sesuatu tidak nyata.
c. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
d. Tidak dapat membedaka hal nyata dan tidak nyata.
e. Tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi.
f. Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.
g. Sikap curiga.
h. Menarik diri, menghindar dari orang lain.
i. Sulit membuat keputusan, ketakutan.
j. Tidak mampu melakukan asuhan mandiri.
k. Mudah tersinggung dan menyalahkan diri sendiri dan orang lain.
l. Muka merah dan kadang pucat.
m. Ekspresi wajah tenang.
n. Tekanan Darah meningkat, Nadi cepat dan banyak keringat.

3. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres. Diperoleh baik dari klien maupaun keluarganya. Faktor predisposisi dapa meliputi :
• Faktor Perkembangan
Jika tugas perkemabangan mengalami hambatan dan hubungan intrapersonal terganggu, maka individu akan mengalami stres dan kecemasan
• Faktor Sosiokultural
Berbagi faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang membesarknya.
• Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang mengalami stres yang berlebihan, maka di dalam tubuhnya akan dihasilkan zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan dimethytranferase ( DMP ).



• Faktor Psikologis
Hubungan intrapersonal yang tidak harmonis serta adanay peran ganda bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan menagkibatkan stres dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realitas
• Faktor Genetik
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubngan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yaiutu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkunagan, seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak komunikasi, objek yang ada di lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi seringg menjasi pencetus terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stres dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.

4. Rentang Respon
a. Tahap I ( Non – psikotik )
Pada tahap ini, halusinasi mamapu memberikan rasa nyaman pada klien, tingkat orientasi sedang. Secara unum pada tahap ini merupakan hal yang menyenangkan bagi klien.
Karakteristik :
1) Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan
2) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilagkan kecemasan
3) Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam kontrol kesadaran
Prilaku yang muncul
1) Tersenyum atau tertawa sendiri
2) Menggerakkan bibir tanpa suara
3) Pergerakan mata yang cepat
4) Respon verbal rambat, diam, dan berkonsentrasi

b. Tahap II ( Non – psikotik )
Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat kecemasan berat. Secara umum hausinasi yang ada dapat menyebabkan antipati
Karakteristik :
1) Pengalaman sensori menakutkan atau merasa dilecehkan oleh pengalaman tersebut
2) Mulai merasa kehilangan kontrol
3) Menrik diri dari orang lain
Prilaku yang muncul
1) Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan TD
2) Perhatian terhadap lingkunagn menurun
3) Konsentrasi terhadap pengalaman sensori menurun
4) Kehilangan kemampuan dalam membedakan antara halusinai dan realita

c. Tahap III ( Psikotik )
Klien biasanya tidak dapat mengontrol didinya sendiri, tingkat kecemasnan berat, dan halusiansi tidak dapat ditolak lagi.
Karakteristik :
1) Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya
2) Isi halusinasi menjadi atraktif
3) Klien menjasi kesepian bila pengalaman sensorinya berakhir
Prilaku yang muncul
1) Klien menuruti perintah halusinasi
2) Sulit berhubungan dengan orang lain
3) Perhatian terhadap lingkungan sedikit atau sesaat
4) Tidak mampu emngikuti perintah yang nyata
5) Klien tampak temor dan berkeringat

d. Tahap IV ( Psikotik )
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat panik.
Prilaku yang muncul
1) Risiko tinggi mencederai
2) Agitasi / kataton
3) Tidak mampu merespons rangsang yang ada

5. Pohon Masalah
Effect Risiko Tinggi Prilaku Kekerasan


Core Problem Perubahan Persepsi Sensori; Halusinasi


Causa Isolasi Diri


Harga Diri Rendah Kronis

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.
Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
2. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada. Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
4. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan.

Bab III
PEMBAHASAN

I. KASUS
Tn. Sudi di rawat di RSJ Magelang dengan riwayat putus cinta dengan kekasihnya satu kali, kemudian oleh keluarga klien dinikahkan. Setelah menikah selama tiga bulan, istri meniggalkanya dan klien sudi merasa sangat kecewa, sering menyendiri, melamun, tak mau makan kemudian klien dirawat di RSJ Jakarta Selatan selama 8 bulan.
Setelah keluar dari rumah sakit, beberapa hari kemudian klien mulai melamun dan mendengar suara – suara yang mengatakan atau menyuruh dia melemparkan gelas dan piring, sehingga dibawa oleh keluargnya ke RSJ Magelang.
Saat ini klien mendengar suara – suara dan klien menanyakan perawat apakah boleh berteman dengan roh halus, krena dia yang sering mengajaknya berbicara.

II. ASUHAN KEPERWATAN
1. Pengkajian
DS
• Klien mengatakan putus cinta dengan kekasihnya satu kali
• Klien mengatakan setelah menikah selama tiga bulan, istri meniggalkanya
• Klien mengatakan mendengar suara – suara yang mengatakan atau menyuruh dia melemparkan gelas DO
• Klien sering menyendiri, melamun,
• Klien tak mau makan
• Klen Pernah dirawat di RSJ Jakarta Selatan selama 8 bulan.


2. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan halusinasi.
2. Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri
3. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

3. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa
Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan halusinasi
Tujuan : Tidak terjadi perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain.
Kriteria Hasil :
1. Pasien dapat mengungkapkan perasaannya dalam keadaan saat ini secara verbal.
2. Pasien dapat menyebutkan tindakan yang biasa dilakukan saat halusinasi, cara memutuskan halusinasi dan melaksanakan cara yang efektif bagi pasien untuk digunakan
3. Pasien dapat menggunakan keluarga pasien untuk mengontrol halusinasi dengan cara sering berinteraksi dengan keluarga.
Intervensi :
a) Bina Hubungan saling percaya
b) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.
c) Dengarkan ungkapan klien dengan empati
d) Adakan kontak secara singkat tetapi sering secara bertahap (waktu disesuaikan dengan kondisi klien).
e) Observasi tingkah laku : verbal dan non verbal yang berhubungan dengan halusinasi.
f) Jelaskan pada klien tanda-tanda halusinasi dengan menggambarkan tingkah laku halusinasi.
g) Identifikasi bersama klien situasi yang menimbulkan dan tidak menimbulkan halusinasi, isi, waktu, frekuensi.
h) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya saat alami halusinasi.
i) Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan bila sedang mengalami halusinasi.
j) Diskusikan cara-cara memutuskan halusinasi
k) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan cara memutuskan halusinasi yang sesuai dengan klien.
l) Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok
m) Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga ketika mengalami halusinasi.
n) Diskusikan dengan klien tentang manfaat obat untuk mengontrol halusinasi.
o) Bantu klien menggunakan obat secara benar.
Diagnosa 2.:
Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri
Tujuan : Klien mampu mengontrol halusinasinya
Kriteria Hasil :
1. Pasien dapat dan mau berjabat tangan.
2. Pasien mau menyebutkan nama, mau memanggil nama perawat dan mau duduk bersama.
3. Pasien dapat menyebutkan penyebab klien menarik diri.
4. Pasien mau berhubungan dengan orang lain.
5. Setelah dilakukan kunjungan rumah klien dapat berhubungan secara bertahap dengan keluarga
Intervensi :
a) Bina hubungan saling percaya.
b) Buat kontrak dengan klien.
c) Lakukan perkenalan.
d) Panggil nama kesukaan.
e) Ajak pasien bercakap-cakap dengan ramah.
f) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
serta beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaan penyebab pasien tidak mau bergaul/menarik diri.
g) Jelaskan pada klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta yang mungkin jadi penyebab.
h) Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan.
i) Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan.
j) Perlahan-lahan serta pasien dalam kegiatan ruangan dengan melalui tahap-tahap yang ditentukan.
k) Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai.
l) Anjurkan pasien mengevaluasi secara mandiri manfaat dari berhubungan.
m) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan pasien mengisi waktunya.
n) Motivasi pasien dalam mengikuti aktivitas ruangan.
o) Beri pujian atas keikutsertaan dalam kegiatan ruangan.
p) Lakukan kungjungan rumah, bina hubungan saling percaya dengan keluarga.
q) Diskusikan dengan keluarga tentang perilaku menarik diri, penyebab dan car a keluarga menghadapi.
r) Dorong anggota keluarga untuk berkomunikasi.
s) Anjurkan anggota keluarga pasien secara rutin menengok pasien minimal sekali seminggu.
Diagnosa 3.:
Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
Tujuan : Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap.
Kriteria Hasil :
1. Pasien dapat menyebutkan koping yang dapat digunakan
2. Pasien dapat menyebutkan efektifitas koping yang dipergunakan
3. Pasien mampu memulai mengevaluasi diri
4. pasien mampu membuat perencanaan yang realistik sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya
5. Pasien bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencanan
Intervensi :
a. Dorong pasien untuk menyebutkan aspek positip yang ada pada dirinya dari segi fisik.
b. Diskusikan dengan pasien tentang harapan-harapannya.
c. Diskusikan dengan pasien keterampilannya yang menonjol selama di rumah dan di rumah sakit.
d. Berikan pujian.
e. Identifikasi masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh pasien
f. Diskusikan koping yang biasa digunakan oleh pasien.
g. Diskusikan strategi koping yang efektif bagi pasien.
h. Bersama pasien identifikasi stressor dan bagaimana penialian pasien terhadap stressor.
i. Jelaskan bahwa keyakinan pasien terhadap stressor mempengaruhi pikiran dan perilakunya.
j. Bersama pasien identifikasi keyakinan ilustrasikan tujuan yang tidak realistic.
k. Bersama pasien identifikasi kekuatan dan sumber koping yang dimiliki
l. Tunjukkan konsep sukses dan gagal dengan persepsi yang cocok.
m. Diskusikan koping adaptif dan maladaptif.
n. Diskusikan kerugian dan akibat respon koping yang maladaptive.
o. Bantu pasien untuk mengerti bahwa hanya pasien yang dapat merubah dirinya bukan orang lain
p. Dorong pasien untuk merumuskan perencanaan/tujuannya sendiri (bukan perawat).
q. Diskusikan konsekuensi dan realitas dari perencanaan / tujuannya.
r. Bantu pasien untuk menetpkan secara jelas perubahan yang diharapkan.
s. Dorong pasien untuk memulai pengalaman baru untuk berkembang sesuai potensi yang ada pada dirinya.











Bab IV
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ( SP Ip)
Nama Klien : Tn. Sudi
Ruang / RSJ : RSJ Magelang.
Diagnosa : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Dengar
Kontrak : Tanggal 6 Mei 2010

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS • Klien mengatakan putus cinta dengan kekasihnya satu kali
• Klien mengatakan setelah menikah selama tiga bulan, istri meniggalkanya
• Klien mengatakan mendengar suara – suara yang mengatakan atau menyuruh dia melemparkan gelas
DO • Klien sering menyendiri, melamun,
• Klien tak mau makan
• Klen Pernah dirawat di RSJ Jakarta Selatan selama 8 bulan.

2. Diagnosis Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Dengar

3. TUK / SP I
a. Mengidentifikasi Jenis Halusinasi
b. Mengidentifikasi Isi Halusinasi Pasien
c. Mengidentifikasi Waktu Halusinasi Pasien
d. Mengidentifikasi Frekuensi Halusinasi Pasien
e. Mengidentifikasi Situasi yang menimbulkan Halusinasi Pasien
f. Mengidentifikasi Respon Pasien Terhadap Halusinasi
g. Menganjurkan Pasien Menghardik Halusinasi
h. Menganjurkan Pasien Memasukkan Cara Menghardik Halusinasi Dalam Jadwal Kegiatan Harian Pasien

4. Tindakan Keperawatan
a. Mengidentifikasi Jenis Halusinasi
Tindakan yang dilakukan perawat untuk mengidentifikasi jenis halusinasi dengan cara sebagai berikut :

b. Mengidentifikasi Isi Halusinasi Pasien
c. Mengidentifikasi Waktu Halusinasi Pasien
d. Mengidentifikasi Frekuensi Halusinasi Pasien
e. Mengidentifikasi Situasi yang menimbulkan Halusinasi Pasien
f. Mengidentifikasi Respon Pasien Terhadap Halusinasi
g. Menganjurkan Pasien Menghardik Halusinasi
h. Menganjurkan Pasien Memasukkan Cara Menghardik Halusinasi Dalam Jadwal Kegiatan Harian Pasien

B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
Salam terapeutik.
 Selamat pagi mas ?
 Perkenalkan nama saya ….. dari AKPER STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan, saya dinas disini  2 minggu.
 Nama mas siapa ?
 Mas suka dipanggil siapa ?
Evaluasi / validasi
 Bagaimana perasaan mas kali ini ?
 Apa yang menyebabkan mas masuk / dirawat di RSJ Magelang ini
Kontrak
 Topik : Bagimana kalau kita bincang – bincang sebentar tentang hal – hal positif yang bisa mas rasakan sekarang ?
 Waktu : jam berapa kita akan berbincang – bincang ?gimana kalu waktunya 10 menit saja ?
 Tempat : mas mau bincang – bincang dimana ?

2. Fase Kerja
 Apakah mas.. mengalami sesuatu, medengar/ melihat, merasakan sesuatu saat mas ..sedirian ?
 Saya percaya mas.. medengar suara-suara itu, tetapi saya tidak medengarnya.
 Tapi jangan Khawatir mas ....tidak mengalami sendiriaan , ada teman lain yang juga mengalami hal yang sama dengan mas ....., dan saya akan membantu mas untuk menghilangkan suara-suara tersebut.
 Coba mas ... ceritakan suara-suara yang sering mas dengar
 Apa mas ... bisa mengenali suara tersebut?
 Kalau mas ... kenal suara itu, suara siapakah?
 Kapan saja suara itu datang? Berapa kali muncul dalam sehari?
 Apa yang mas ...... lakukan jika suara itu muncul?
 Apakah mas ... mengikuti suara-suara yang didengar?
 Bagaimana perasaan mas ... saat suara itu muncul?
 Bila suara aneh yang didengar muncul, maukah mas ...... mencoba mengusir suara aneh itu . Coba usir suara itu dengan mengatakan di dalam hati ” Saya tidak mau dengar kata-kata kamu. Pergi, pergi, pergi ...”
 Baiklah mas... sekarang kita masukkan cara mengontrol halusinasi yang pertama yaitu dengan cara mengusir/ merhardik kedalam buku harian mas.... mari saya bantu.

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan mas ... setelah kita berbincang-bincang tadi?
b. Evaluasi obyektif
Jadi seperti yang mas ... katakan tadi, suara yang mas dengar adalah suara ... Suara itu muncul pada saat ..., dan dalam sehari bisa muncul ... kali. Kemudian yang mas rasakan dan lakukan setelah mendengar suara itu adalah ... Bila suara aneh yang didengar muncul, maukah mas ...... mencoba mengusir suara aneh itu dengan menatakan apa mas .... ? Bagus saya senang mau melakukannya.
c. Rencana tindak lanjut
Bagaimana kalau mas ... mendengar suara-suara itu lagi, tolong mas nanti panggil perawat agar dibantu.atau mas bisa mengusir suara –suara tadi dengan cara yang sudah tadi saya ajarkan.
d. Kontrak
 Topik : Nanti siang kita akan bercakap-cakap lagi, apa Mas mau? Kita akan membicarakan tentang cara lain untuk mengendalikan suara-suara itu yaitu dengan cara kedua : bercakap-cakap dengan orang lain.
 Tempat : Bagaimana kalau di tempat ini lagi? Kita ngobrolnya ?
 Waktu : Mungkin kita akan butuh waktu 15 menit. Bersedia ya..?
” Sekarang mas mau kemana ? mari saya bantu kekamar, mas... mau istirahat dulu ya ?













STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ( SP IIp)

Nama Klien : Tn. Sudi
Ruang / RSJ : RSJ Magelang.
Diagnosa : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Dengar
Kontrak : Tanggal 6 Mei 2010

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS • Klien mengatakan putus cinta dengan kekasihnya satu kali
• Klien mengatakan setelah menikah selama tiga bulan, istri meniggalkanya
• Klien mengatakan mendengar suara – suara yang mengatakan atau menyuruh dia melemparkan gelas
DO • Klien sering menyendiri, melamun,
• Klien tak mau makan
• Klen Pernah dirawat di RSJ Jakarta Selatan selama 8 bulan.

2. Diagnosis Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Dengar

3. TUK / SP I
a. Mengevaluasi Jadwal Kegiatan Pasien
b. Melatih Paseien mengendalikan Halusinasi Dengan Cara Bercakap – Cakap Dengan Orang Lain
c. Menganjurkan Pasien Memassukkan Jadwal Kegiatan Harian

4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi Jadwal Kegiatan Pasien
b. Melatih Paseien mengendalikan Halusinasi Dengan Cara Bercakap – Cakap Dengan Orang Lain
c. Menganjurkan Pasien Memassukkan Jadwal Kegiatan Harian

B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam teraupetik
Selamat siang mas... Apakah masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaannya hari ini? Apakah masih mendengar suara-suara yang kita bicarakan tadi pagi ?Apakah mas sudah lakukan cara untuk mengendalikan halusinasi seperti yang saya ajarkan kemarin? Apakah suara –suara itu hilang / pergi ?
c. Kontrak
 Topik : Seperti janji saya tadi pagi, sekarang kita akan berdiskusi tentang bagaimana supaya suara yang mas dengar dapat dikendalikan dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
 Tempat : Bagaimana kalau di sini saja? Atau mau di tempat lain ..?
 Waktu : Bagaimana kalau 10 menit saja? Mau ya..?

2. Fase Kerja
 Sekarang saya akan ajarkan mas ... cara kedua untuk dapat mengendalikan suara-suara yang menggangu ms...... selam ini.
 Bila cara yang saya ajarkan kemarin belum bisa untuk mengendalikan halusinasi yang mas alami, cobalah mas untuk bercakap-cakap dengan orang lain bisa perawat
atau teman mas lainnya.Yang penting disini adalah usahakan mas jangan melamun/merenung seorang diri.
 Bagaimana mas ... sudah jelas?

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan mas ... setelah kita berbincang-bincang hari ini?
b. Evaluasi obyektif
Cara lain untuk mengendalikan halusinasi dengar yaitu dengan apa mas ? Bagus masih ingat semuanya.
c. Rencana tindak lanjut
Mas ... kalau suara-suara itu muncul lagi , mas ... bisa mencoba salah satu cara yang sudah mas .... sebutkan tadi..
d. Kontrak
 Topik : besok kita akan bercakap-cakap tentang cara mengontrol suara-suara dengan cara melakukan kegiata-kegiatan di ruangan.
 Tempat : kita akan bercakap-cakap disini juga ya, setuju?
 Waktu : 10 menit saja. Sekarang mas mau kemana ? jangan di kamar terus , nonton TV aja ya mas .. ! ”

















STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ( SP IIIp)

Nama Klien : Tn. Sudi
Ruang / RSJ : RSJ Magelang.
Diagnosa : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Dengar
Kontrak : Tanggal 6 Mei 2010

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS • Klien mengatakan putus cinta dengan kekasihnya satu kali
• Klien mengatakan setelah menikah selama tiga bulan, istri meniggalkanya
• Klien mengatakan mendengar suara – suara yang mengatakan atau menyuruh dia melemparkan gelas
DO • Klien sering menyendiri, melamun,
• Klien tak mau makan
• Klen Pernah dirawat di RSJ Jakarta Selatan selama 8 bulan.

2. Diagnosis Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Dengar

3. TUK / SP I
a. Mengevaluasi Jadwal Kegiatan Pasien
b. Melatih Paseien mengendalikan halusinasi Dengan Melakukan Kegiatan ( kegiatan yang bisa dilakukan Pasien )
c. Menganjurkan Pasien Memassukkan Jadwal Kegiatan Harian

4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi Jadwal Kegiatan Pasien
b. Melatih Paseien mengendalikan halusinasi Dengan Melakukan Kegiatan ( kegiatan yang bisa dilakukan Pasien )
c. Menganjurkan Pasien Memassukkan Jadwal Kegiatan Harian
B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam teraupetik
Selamat pagi mas... Apakah masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi/validasi
 Bagaimana perasaannya hari ini?
 Apakah masih mendengar suara-suara?
 Apakah mas sudah lakukan ara untuk mengendalikan halusinasi seperti yang saya ajarkan kemarin?
c. Kontrak
 Topik : Seperti janji saya kemarin, sekarang saya akan mengajarkan mas ... mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan-kegiatan seperti yang mas lakukan di rumah.
 Tempat : Bagaimana kalau di sini saja?
 Waktu : Bagaimana kalau 10 menit saja?

2. Fase Kerja
 Cara ketiga untuk mengendalikan halusinasi adalah dengan melakukan kegiatan-kegiatan seperti yang mas lakukan di rumah misal membersihkan rumah, membaca buku, olah raga, nonton TV dll.
 Baiklah sekarang mari kita buat jadwal kegiatan harian dari pagi sesudah bangun tidur sampai malam hari sebelum tidur.
 Hal ini tujuannya untuk meminimalkan mas
mendengar suara-suara aneh itu . ( buat jadwal kegiatan bersama klien/ yang di sepakati oleh klien )
 Bagus, sekarang mas... sudah memiliki jadwal kegiatan harian untuk hari ini , yang untuk besok dan hari selanjutnya nanti kita buat bersama – sama lagi ya mas ....?

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan mas ... setelah kita berbincang-bincang hari ini?
b. Evaluasi obyektif
 Cara ketiga untuk mengendalikan halusinasi dengar yaitu apa mas ....?
 Bagus mas .... bisa menyebutkannya . dengan melakukan kegiatan – kegiatan yang sesuai dengan jadwal kegiatan harian yang telah kita buat tadi, berarti tidak ada waktu untuk melamun/merenung sendiri.
c. Rencana tindak lanjut
Mas ... mau kan melaksanakan kegiatan – kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah kita buat ? dan jangan lupa di buat juga jadwal kegiatan hariannya untuk hari besok dan hari- hari selanjutnya. Nanti saya akan Bantu
d. Kontrak
 Topik : besok kita akan bercakap-cakap tentang obat-obatan yang Mas ... minum dimana gunanya untuk mengatasi suara yang didengar dan mengganggu.
 Tempat : kita akan bercakap-cakap disini juga ya, setuju?
 Waktu : 10 menit saja.
” Sekarang mas... mau kemana ? Bagaimana kalau mas ikut berkumpul dengan temam- temanya yang lain di taman, kan bisa ngobrol-ngobrol, jangan melamun lagi ya. ”






STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ( SP IVp)

Nama Klien : Tn. Sudi
Ruang / RSJ : RSJ Magelang.
Diagnosa : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Dengar
Kontrak : Tanggal 6 Mei 2010

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS • Klien mengatakan putus cinta dengan kekasihnya satu kali
• Klien mengatakan setelah menikah selama tiga bulan, istri meniggalkanya
• Klien mengatakan mendengar suara – suara yang mengatakan atau menyuruh dia melemparkan gelas
DO • Klien sering menyendiri, melamun,
• Klien tak mau makan
• Klen Pernah dirawat di RSJ Jakarta Selatan selama 8 bulan.

2. Diagnosis Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Dengar

3. TUK / SP I
a. Mengevaluasi Jadwal Kegiatan Pasien
b. Memberikan Pendidikan Kesehatan Tentang Penggunaan Obat Secara Teratur
c. Menganjurkan Pasien Memassukkan Jadwal Kegiatan Harian

4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi Jadwal Kegiatan Pasien
b. Memberikan Pendidikan Kesehatan Tentang Penggunaan Obat Secara Teratur
c. Menganjurkan Pasien Memassukkan Jadwal Kegiatan Harian
B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi Mas ...
b. Evaluasi/validasi
 Mas ... kelihatan segar pagi ini. Bagaimana perasaan Mas?
 Bagaimana saat suara-suara terdengar dan apakah mas mencoba cara yang kita bicarakan kemarin, apakah berhasil? (bila sudah, berikan pujian) Bagus ....
 Boleh saya lihat Jadwal Kegiatan hariannya ?
c. Kontrak
Pagi ini saya akan menjelaskan pada mbak obat-obat yang mas... minum. Bagaimana kalau kita sekarang berbincang-bincang di tempat ini Sekitar 10 menit saja?

2. Fase Kerja
 Ini mas, obat-obatan yang nanti diminum. Yang warna merah namanya CPZ, yang putih kecil ini Haloperidol. Obat-obat ini gunanya untuk mengendalikan suara-suara yang sering mas ... dengar. Obat ini diminum 3x sehari, masing-masing 1 tablet tidak boleh lebih atau kurang.
 Dengan minum obat ini mas ... akan mengantuk, emas, ingin tidur terus tapi itu tidak apa-apa. Perawat akan selalu memantau mas dengan mengukur tensi darah mas 3x sehari.
 Bagaimana apa mas ... sudah jelas?
 Obat ini harus tetap diminum terus, mungkin berbulan-bulan atau bahkan bisa selamanya. Tidak usah kuatir obat ini aman jika mas minum sesuai apa yang dianjurkan.
 Jangan berhenti minum obat walaupun mas sudah merasa sehat. Kalau mas ... menghentikan obat tanpa sepengetahuan dokter dan perawat, gejala-gejala seperti yang mas alami seperti sekarang akan muncul lagi.
 Mas ... harus mengingat lima hal saat minum obat yaitu :
1. Benar obat,
2. Benar bahwa obat ini untuk mas
3. Benar cara meminumnya, langsung ditelan
4. Benar waktunya
5. Benar dosisnya
 Ingat ya mas ...

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Bagaimana mas ... apakah sudah jelas?
b. Evaluasi obyektif
Coba mas sebutkan jenis obat yang mas minum. Coba sebutkan lima hal saat minum obat!
c. Tindak lanjut
Karena mas sudah paham tentang obat yang diminum, mas dapat langsung meminum obatnya jika waktu pemberian obat sudah tiba.
d. Kontrak yang akan dating
Besok kita ketemu lagi ya mas ...Kita akan membahas tentang masalah dengan keluarga Mas ...









STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP I k)

Hari/tgl : ......................................

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS : Keluarga klien mengatakan di rumah klien kadang-kadang ngomel-ngomel sendiri.
DO : Keluarga klien tidak apa yang terjadi pada klien

2. Diagnosis Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Dengar

3. TUK / SP I
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan jenis halusinasi yang dialami pasien serta proses terjadinya
c. Menjelaskna cara – cara merawat pasien halusinasi

4. Tindakan Keperawatan
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan jenis halusinasi yang dialami pasien serta proses terjadinya
c. Menjelaskna cara – car merawat pasien halusinasi

B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi .......! Perkenalkan nama saya …, saya yang merawat anak ibu di sini, boleh tahu nama ibu siapa?
b. Evaluasi/validasi
 Bagaimana perasaan ibu dengan dirawatnya anak ibu di sini?
 Apakah yang membuat ibu membawa anak ibu ke rumah sakit?
c. Kontrak
Saat ini saya akan menjelaskan masalah yang dialami oleh anak Ibu dan bagaimana cara penanganan yang Ibu bisa lakukan untuk membantu mengatasi masalah yang dialami anak Ibu. Bagaimana kalau kita berbicara di ruang terapi? Mungkin sekitar 15 menit. Bagaimana apakah ibu bersedia ?

2. Fase Kerja
”Saat ini anak Ibu mengalami masalah gangguan jiwa yang disebut Halusinasi. Halusinasi yang dialaminya merupakan gangguan yang dialami oleh seseorang dimana orang itu mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada suara atau bendanya dan orang lain tidak mengalami atau merasakan seperti yang dialami anak Ibu. Apabila anak Ibu tersenyum atau berbicara sendiri itu marena menurutnya dia sedang berbicara dengan suara yang didengarnya.
Bagaimana Ibu sudah jelas? Nah, oleh sebab itu untuk mengatasinya, bila anak Ibu kelihatan tersenyum
atau berbicara sendiri langsung saja tanyakan dia sedang tersenyum atau berbicara dengan siapa. kalo perlu bersama dengan keluarga yang lain, ajak anak Ibu untukberbincang-bincang.
Jangan biarkan anak Ibu melamun dan juga bantu dia untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang terarah setiap waktu serta pantau untuk minum obatnya secara teratur. Demikian yang bisa saya jelaskan, ada yang ingin ditanyakan ?

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Bagaiman perasaan Ibu setelah kita berbincang-bincang?
b. Evaluasi obyektif
Jadi bila halusinasi anak Ibu muncul, Ibu bisa mengajaknya mengobrol, bantu aktivitas dan bantu minum obat secara teratur.
c. Tindak lanjut
Apabila Ibu memerlukan informasi lebih lanjut, Ibu bisa datang kesini secara langsung atau bisa menelepon Rumah sakit ini selama saya masih praktek di tempat ini. Silakan Ibu bersama keluarga bisa mencoba apa yang saya sarankan tadi.
d. Kontrak yang akan dating
Minggu depan kita bisa ketemu lagi, saya akan menjelaskan masalah lain yang juga dialami oleh anak Ibu.
Terima kasih atas kesediaan Ibu telah datang kemari.



















STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP II k)

Hari/tgl : ......................................

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS : Keluarga klien mengatakan di rumah klien kadang-kadang ngomel-ngomel sendiri.
DO : Keluarga klien tidak apa yang terjadi pada klien

2. Diagnosis Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Dengar

3. TUK / SP I
a. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan halusinasi
b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien dengan halusinasi

4. Tindakan Keperawatan
a. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan halusinasi
b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien dengan halusinasi

B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi .......! Perkenalkan nama saya …, saya yang merawat anak ibu di sini, boleh tahu nama ibu siapa?
b. Evaluasi/validasi
 Bagaimana perasaan ibu dengan dirawatnya anak ibu di sini?
 Apakah yang membuat ibu membawa anak ibu ke rumah sakit?
c. Kontrak
Saat ini saya akan menjelaskan masalah yang dialami oleh anak Ibu dan bagaimana cara penanganan yang Ibu bisa lakukan untuk membantu mengatasi masalah yang dialami anak Ibu. Bagaimana kalau kita berbicara di ruang terapi? Mungkin sekitar 15 menit. Bagaimana apakah ibu bersedia ?

2. Fase Kerja
Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan halusinasidan melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien dengan halusinasi

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Bagaiman perasaan Ibu setelah kita mempraktekan cara merawat pasien dengan halusinasi dan cara merawat langsung kepada pasien dengan halusinasi
b. Evaluasi obyektif
Jadi sekarang ibu sudah bisa merawat pasien dengan halusinasi dirumah.
c. Tindak lanjut
Apabila Ibu memerlukan informasi lebih lanjut, Ibu bisa datang kesini secara langsung atau bisa menelepon Rumah sakit ini selama saya masih praktek di tempat ini. Silakan Ibu bersama keluarga bisa mencoba apa yang saya sarankan tadi.
d. Kontrak yang akan dating
Minggu depan kita bisa ketemu lagi, saya akan menjelaskan Melatih ibu membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat. Terima kasih atas kesediaan Ibu telah datang kemari.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP III k)

Hari/tgl : ......................................

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS : Keluarga klien mengatakan di rumah klien kadang-kadang ngomel-ngomel sendiri.
DO : Keluarga klien tidak apa yang terjadi pada klien

2. Diagnosis Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Dengar

3. TUK / SP I
a. Melatih keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat
b. Menjelaskan folloe up pasien setelah pulang

4. Tindakan Keperawatan
a. Melatih keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat
b. Menjelaskan folloe up pasien setelah pulang

B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi .......! Perkenalkan nama saya …, saya yang merawat anak ibu di sini, boleh tahu nama ibu siapa?
b. Evaluasi/validasi
 Bagaimana perasaan ibu dengan dirawatnya anak ibu di sini?
 Apakah yang membuat ibu membawa anak ibu ke rumah sakit?
c. Kontrak
Saat ini saya akan melatih ibu membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat dan Menjelaskan folloe up setelah pulang. Bagaimana kalau kita berbicara di ruang terapi? Mungkin sekitar 15 menit. Bagaimana apakah ibu bersedia ?

2. Fase Kerja
Melatih ibu membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat dan Menjelaskan folloe up setelah pulang

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Bagaiman perasaan Ibu setelah kita latihan membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat dan penjelaskan folloe up setelah pulang ?
b. Evaluasi obyektif
Jadi bila halusinasi anak Ibu muncul, Ibu bisa mengajaknya mengobrol, bantu aktivitas dan bantu minum obat secara teratur.
c. Tindak lanjut
Apabila Ibu memerlukan informasi lebih lanjut, Ibu bisa datang kesini secara langsung atau bisa menelepon Rumah sakit ini selama saya masih praktek di tempat ini. Silakan Ibu bersama keluarga bisa mencoba apa yang saya sarankan tadi.
d. Kontrak yang akan dating
Apabila Ibu memerlukan informasi lebih lanjut, Ibu bisa datang kesini secara langsung atau bisa menelepon Rumah sakit ini selama saya masih praktek di tempat ini


Bab V
PENUTUP
Kesimpulan
a) Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan Halusinasi adalah gangguan persepsi pasca indera tanpa adanyarangsangan dari luar yang dapat meliputi semua system penginderaan di mana terjadi
b) Diagnosa yang mungkin muncul pada gangguan persepsi halusinasi adalah
1. Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan halusinasi.
2. Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri
3. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.




















DAFTAR PUSTAKA

Directorat Kesehatan Jiwa, Dit. Jen Yan. Kes. Dep. Kes R.I. 2000. Keperawatan Jiwa. Teori dan Tindakan Keperawatan Jiwa. Jakarta : Dep. Kes R.I.
Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar